GPIB Indonesia
  • Media GPIB
  • Tentang GPIB
    • TENTANG GPIB
    • Visi dan Misi
    • Pemahaman Iman
    • Majelis Sinode
    • Presbiterial Sinodal
    • PKUPPG
  • DIREKTORI
    • Departemen
    • Gereja
    • Pendeta
    • Yayasan
      • YAPENDIK
      • YAYASAN DIAKONIA
      • YAYASAN KESEHATAN
  • Berita & Artikel
    • SINODE
    • Kegiatan
      • M I S I O N E R
      • D I A K O N I A
    • Kegiatan PELKAT
      • PELKAT PA
      • PELKAT PT
      • PELKAT GP
      • PELKAT PKP
      • PELKAT PKB
      • PELKAT LANSIA
    • P E R S P E K T I F
      • I N S P I R A S I
      • Sosok
  • Arcus
  • Radio
  • Sabda Digital
  • Hubungi Kami

GPIB Indonesia

  • Media GPIB
  • Tentang GPIB
    • TENTANG GPIB
    • Visi dan Misi
    • Pemahaman Iman
    • Majelis Sinode
    • Presbiterial Sinodal
    • PKUPPG
  • DIREKTORI
    • Departemen
    • Gereja
    • Pendeta
    • Yayasan
      • YAPENDIK
      • YAYASAN DIAKONIA
      • YAYASAN KESEHATAN
  • Berita & Artikel
    • SINODE
    • Kegiatan
      • M I S I O N E R
      • D I A K O N I A
    • Kegiatan PELKAT
      • PELKAT PA
      • PELKAT PT
      • PELKAT GP
      • PELKAT PKP
      • PELKAT PKB
      • PELKAT LANSIA
    • P E R S P E K T I F
      • I N S P I R A S I
      • Sosok
  • Arcus
  • Radio
  • Sabda Digital
  • Hubungi Kami
SINODE

47 Hari Diisolasi Demi Lepas dari Corona

May 6, 2020

GPIB, Jakarta – “Saya sudah disebut Lurahnya Rumah Sakit Doris oleh para dokter dan suster serta para medis karena lamanya diisolasi dan hampir disebut sebagai Camat kalau lebih dari 50 hari diisolasi,” demikian kata Pdt. Henry Tamaela sambil tertawa ketika mengawali perbincangan.

Maka lewat telpon, dari awal gejala terpapar Corona hingga keluar dari Rumah Sakit Doris, Palangkara, demikian diceritakan Pdt. Henry yang menjadi Ketua Majelis Jemaat (KMJ) GPIB Ebenhaezer, Palangkaraya, Kalimantan Tengah.

“Gejalanya di awal Maret. Agak aneh memang, yaitu demam, batuk tapi tidak sesak dengan badan agak gatel. Dari awal Maret itu sampai tanggal 10 saya sudah lewat masa-masa itu inkubasi sebenarnya. Tapi saya dapat kabar, vikaris saya masuk rumah sakit dan saya mulai gusar setelah itu. Dan, pada tanggal 20 Maret, petugas kesehatan mendatangi saya dan saya dijemput untuk dibawa rumah sakit dengan status PDP. Dan tanggal 28 Maret hasil tes pertama saya dinyatakan positif,” ujarnya.

Selama di rumah sakit, kata Pdt. Henry, tidak ada ada gejala berat, namun hasil 5 kali tes yang lama menunggunya, semua positif. “Bisa dibayangkan menunggu hasil lab itu sangat lama, di Palangkaraya belum ada alatnya, harus nunggu dari Surabaya atau Jakarta. Dan itu memakan waktu cukup lama. Say aharus berjuang menghadapi rasa jenuh dan rasa psikologis,” tandasnya.

Mengatasi rasa jenuh diakui Pdt. Henry tidak mudah. “Saya sudah dengar ada teman-teman yang sudah pulang, tapi kok saya masih lama diiisolasi. Sempat bertanya-tanya, kenapa ya saya? Dari hal itu, saya mendekatkan diri pada Tuhan, berdoa, membaca Alkitab dan mengumpulkan informasi-informasi yang positif dari rekan pendeta dan warga jemaat yang sangat menguatkan saya. Jujur, saya senang juga selama saya diisolasi, tidak ada warga jemaat di tempat saya yang positif virus ini, padahal intensitas pertemuan saya dengan jemaat cukup tinggi, coba kalau ada salah seorang atau dua orang yang terpapar, itu akan membuat saya semakin tertekan. Dan Puji Tuhan, tidak ada seorang pun yang positif,” pungkasnya.

Ia juga menjelaskan telah menjalani tes sebanyak 8 kali. “Swab ke 6, ke 7 dan ke 8 justru hasilnya lama. Sampai-sampai pihak rumah sakit juga bingung kenapa lama,” ujar Pdt. Henry. Bahkan karena kondisi menunggu hasil tes yang lama, ia merasakan dua pengalaman yang membuat dia merasa down dan juga terangkat mentalnya.

“Pengalaman yang membuat down saya adalah mendengar kabar ada teman pendeta yang meninggal karena virus ini. Saya sampai meminta oksigen karena sesak nafas mendengar kabar itu. Tapi saya kemudian untuk berpikir positif dan menantang paru-paru saya untuk bernafas normal dan upaya itu berhasil. Itu pengelaman yang tak mengenak.”

Sedangkan pengalaman yang membuatnya mentalnya naik adalah pertemuan dengan dokter yang memeriksanya. “Kala itu, ada seorang doter datang ke saya. Justru dokter iu menghela nafas dan berkata, untuk bersabar menunggu hasil tesnya. Ya, saya juga tidak tahu kenapa hasilnya lama sekali. Tapi bapak tetap semangat ya. Nah, dari omongan itulah saya jadi terbangun. Bahwa semangat itu bukan hanya buat diri saya tapi buat orang lain juga. Semangat itu punya tujuan. Bahwa semangat itu bisa bangkit harus punya tujuan. Dan tujuan itu tadi bukan untuk dirinya sendiri tapi juga orang lain,” kata Pendeta Henry yang sudah di rumah pada tanggal 5 Mei 2020 malam.

Pdt. Henry juga berpesan bahwa isolasi itu relatif, bisa lama dan bisa sebentar. “Mulailah menjaga diri, mendukung anjuran pemerintah dan sebisa mungkin di rumah. Kalau pun ke luar kalau tidak urgent lebih baik di rumah, perbanyak waktu bersama keluarga, berdoa, cuci tangan, berjemur. Dan paling penting adalah memberi semangat satu dengan yang lain. Jadilah komunitas penyembuh. Gereja bukanlah komunitas sekadar berdoa tapi juga komunitas penyembuh, harus saling mendoakan, memberi semangat bagi semua orang,” ungkap mengakhiri perbicangan. (lip)

47 Hari Diisolasi Demi Lepas dari Corona was last modified: May 6th, 2020 by GPIB

Tinggalkan Komentar / Pesan Anda disini

0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

HUT Ke-27 Yadia dan HUT Ke-40 PKB, Majelis Sinode Minta Peduli Sasama

Ibadah Kenaikan Yesus & Penghiburan Keluarga Berduka

Bupati Sangihe Audiensi Ke Kantor Majelis Sinode GPIB, Siap Terima Tim Baksos YADIA

Sesi Bina Pelkat, Majelis Sinode Minta Pelkat-pelkat Ikut

Ibadah Penglepasan Pdt. (em) R. A. Waney

Calon Vikaris

Pendaftaran Calon Vikaris GPIB

SUKACITA HUT RI KE-71 KARYAWAN MS

Rancangan Dasar (Randas) Pemahaman Iman GPIB

Majelis Rakyat Papua Ke PGI, Sesalkan Tidak Dilibatkan Dalam Revisi Otsus Papua

PGI Minta Presiden Selamatkan KPK, Gomar Gultom: Kita Prihatin

Kategori Artikel

  • SINODE
    • Pesan-Pesan
    • Agenda
  • DIAKONIA
  • Perspektif
    • Arcus
    • Inspirasi
    • Sosok
  • Kegiatan PELKAT
    • PELKAT PKB
    • PELKAT GP
    • PELKAT PT
    • PLEKAT LANSIA
    • PELKAT PA
  • Kegiatan
    • DIAKONIA
    • Misioner
  • Featured
    • Slide

Majalah Arcus

Hubungi Kami

Majelis Sinode GPIB
Jl. Merdeka Timur. No.10
Gambir, Kota Jakarta Pusat
Jakarta, Indonesia
P: (021) 384 2895
P: (021) 384 9917
F: (021) 385 9250
E: admin@gpib.or.id

Direktori

  • Yayasan
  • Pendeta
  • Departemen
  • Musyawarah Pelayanan
  • Facebook
  • Email

@2016 - Majelis Sinode GPIB.