GPIB, Jakarta – Peristiwa jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Jakarta – Pontianak Sabtu 9 Januari 2021 menorehkan duka bagi warga GPIB. Dua warga jemaat GPIB menjadi korban dari musibah itu yakni Rikco Mahulette dari GPIB Siloam Pontianak dan Mia Trestiyani dari GPIB Maranatha Denpasar yang merupakan pramugari dari pesawat tersebut.
Sebagaimana diberitakan, pesawat komersial tipe Boeing 737-500 dilaporkan tinggal landas dari bandara Soekarno Hatta pada pukul 14.36 dan hilang kontak sekitar pukul 14.40 WIB dan dinyatakan jatuh di sekitar Pulau Lancang dan Pulau Laki, Kepulauan Seribu dengan membawa 62 orang penumpang dan awak pesawat.
Duka merayapi hati warga GPIB mengetahui yang menjadi korban adalah warga GPIB, yakni Rikco Mahulette dari GPIB Siloam Pontianak dan Pramugari Mia Trestiyani dari GPIB Maranatha Denpasar. Keluarga, kerabat dan handai taulan meratap dalam duka melihat peristiwa naas ini. Tangis dan air mata meratapi duka ini tak henti menanti kepastian pencaharian jenazah.
Doa-doa dinaikkan bagi keluarga yang ditinggal. “Tuhan Yesus menguatkan keluarga kedua saudara kita ini dan menguatkan seluruh keluarga crew dan penumpang SJ 182.” Media-media tak henti memberitakan pencaharian di laut Kepulauan Seribu yang dilakakukan tim SAR dari berbagai instansi.
Ricko menjadi salah satu penumpang di pesawat Sriwijaya Air SJ 182 tersebut dalam rangka Natalan dan Tahun baru di Makassar dan mengunjungi Orangtua. Setelah itu ia bertandang ke Jakarta untuk mengurus penghargaan ISO yang diperolehnya dan kembali Pontianak menggunakan pesawat Sriwijaya Air SJ 182.
Tidak hanya GPIB Siloam Pontianak yang berduka, GPIB Mangngamaseang Makassar juga merasakan duka mendalam. Sebelum terdaftar sebagai jemaat di GPIB Siloam Pontianak, pria yang beristrikan orang Dayak ini tercatat sebagai warga jemaat Mangngamaseang. Orangtua, Damianus Mahulette, sang ayah saat ini Ketua IV PHMJ di Mangngamaseang. Keseharian Ricko merupakan karyawan PLN penempatan tugas di Kalimantan Barat.
Tidak ada tanda apa-apa akan kepergian Ricko ke Pangkuan Bapa di Surga, sebagaimana disampaikan sang ibu, Magdalena dalam wawancaranya dengan beberapa media. Lain halnya dengan Mia Trestiyani. Seperti diberitakan tribunnews.com kepergian Mia Trestiyani Wadu (23), pramugari pesawat Sriwijaya Air SJ-182 meninggalkan cerita tersendiri bagi keluarganya. Sebelum kepergiannya bertugas, Mia sempat mengutarakan permintaan terakhirnya kepada orang tuanya. Sekitar dua minggu yang lalu, keponakannya itu berpesan kepada orang tuanya agar rumahnya dipersiapkan dan dibersihkan.
Mia berencana akan berlibur dan berkunjung ke rumah bersama teman-temannya di bulan Januari 2021. Liburan ini untuk menggantikan libur Natal dan Tahun Baru. Karena saat Hari Raya Natal dan Tahun Baru, Mia tidak bisa pulang ke rumah. /fsp