GPIB, Jakarta – Bulan Pelayanan dan Kesaksian tahun 2020 usai. Perhelatan yang berlangsung selama hampir sebulan ini dibuka dari tanggal 7 Juni 2020 dan ditutup Minggu, 28 Juni 2020. Acara tahunan GPIB ini disampaikan secara sinodal dibuka di GPIB Jemaat GLORIA, Bekasi, disiarkan secara langsung melalui tautan media sosial youtube di kanal Departemen Pelkes GPIB dan media-media resmi GPIB lainnya.

Ketua I Majelis Sinode Pdt Merthen Leiwakabessy menyatakan rasa syukurnya atas usainya acara Bulan Pelkes 2020 ini. Salam sehat, puji syukur kita panjatkan kepada Yesus Kristus karena kasihNya kegiatan Bulan Pelkes 2020 boleh berjalan sesuai kehendak dan campur tangan Tuhan baik pembinaan maupun pelatihan,” katanya.
“Atas nama Majelis Sinode kami ucapkan terimakasih atas semua pihak yang terlibat didalamnya, narasumber-narasumber pada pembinaan dan pelatihan biarlah semua yang telah dilakukan boleh membawa kemuliaan bagi nama Tuhan.”

Acara penutupan yang dilaksanakan di GPIB Paulus, Jakarta, ini dilaksanakan dalam suatu ibadah dengan Pelayan Firman Pdt Elly D. Pitoy – De Bell. Paduan Suara Dewan Pelkat PKP mengisi acara tersebut dengan membawakan pujian “Perempuan Diciptakan Tuhan” dengan personel sebanyak 40 orang dan Paduan Suara Pelkat PKP GPIB Harapan Kasih, membawakan hymne PKP “Tersebar Di Pulau-Pulau”.

Dalam khotbahnya, Pdt Elly mengatakan, karya Tuhan tetap ada dalam situasi apapun, ini merupakan pembelajaran untuk pertumbuhan gereja itu sendiri. “Pandemi Covid-19 mengajarkan kita menyatakan karya Tuhan dari rumah kita. Peran Orang tua terhadap anak-anak itulah gereja yang bertumbuh dan menghadirkan karya keselamatan. Semua kebaikan Allah dimulai dari rumahtangga bukan dari lain tempat,” kata Sekretaris I Majelis Sinode GPIB ini.
“Kebaikan Allah bukan sekadar atribut moral atau atribut etis sosial tapi kebaikan Allah adalah nyata. Dia datang dalam karya dan menciptakan yang kita terima sebagai Cinta Kasih.”
“Ada saat dimana kita tidak bisa mendapatkan jalan keluar. Ada masa kita bergumul, dimana persoalan-persoalan hidup sama ketika menjalani hidup dimasa pandemi ini.”
“Ada yang mengalami pemutusan hubungan kerja, pulang ke rumah melihat anak-anak yang belajar secara streaming, berapa banyak kouta yang harus disiapkan. Kita menatap orang bermasker, tidak nyaman, relasi sosial itu, dan kita akrab dengan dunia digital.”
Menyangkut digitalisasi, Pdt Elly mengatakan, belum semua orang bisa menikmati apa yang dinamakan digitalisasi. “Semua orang bisa mengatakan oke digital bisa kita gunakan. Tapi pikirkan ada wilayah-wilayah tertentu belum terjangkau untuk penggunaan digital ini,” tandasnya.

“Pikirkan bahwa mereka lebih baik beli beras dari pada membeli kuota sehingga gereja harus hadir ditengah-tengah situasi ini. Kita perlu penanganan secara holistik bukan parsial. KIta akan bicara soal ekonomi kita akan bicara soal hidup sosial. Jadi masa pergumulan di masa pandemi ini sekalipun kita tetap punya kesempatan bersama dengan Tuhan.”
“Ini kita bicara bukan karena kemampuan tapi karena Tuhan yang ada pada diri kita yang adalah Kasih membawa kita untuk melakukan Kasih itu. Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat terus menjangkau semua.”
“Karena itu, mari, ada banyak peluang dimasa pandemi ini untuk mengelaborasi kemampuan-kemampuan kita, jangan tunggu waktu yang baik.” /fsp