GPIB, Bogor – Pagi itu, Kamis (25/6) pukul 10.00 WIB tim Satgas Covid-19 dan sejumlah anggota Crisis Center GPIB Zebaoth berkumpul di samping halaman gereja. Pagi itu disepakati sebagai hari ketiga dalam minggu ini untuk membagikan 241 paket sembako.
“Redaksi website GPIB diudang secara khusus untuk mengikuti tiap-tiap keluarga yang kita kunjungi dan kami akan menjelaskan bantuan kali ini yang berbeda,” kata Pnt. Chris Wangkay.
Ada tiga tim yang akan berangkat pagi itu. Tim pertama diisi oleh Pdt. Liat Sihotang, Vikaris Olivia, kak Keke dan kak Ema. Tim pertama ini akan mengunjungi dua sektor, yaitu Sektor 15 dan 16. Tim kedua, yaitu Bung Sammy, Pak Tonnis, dan kak Oelie dan pak Rumekso akan mengunjungi Sektor 17 dan 19. Dan tim ketiga, diisi oleh pak Chris, kak Etha, ibu Marensi, pak Agus. Tim ini akan mengunjungi Sektor 21 di daerah Cilebut, Kabupaten Bogor yang masih menjadi bagian dari GPIB Zebaoth. Pdt. Omiek Kaharudin yang juga hadir pagi itu ikut berdoa, menyertai tiga tim yang membagikan sembako.
Maka, mulailah tiga tim tersebut berangkat. Tim ketiga langsung menuju Sektor 21 di Cilebut. Jaraknya kira-kira 10 kilometer dari gereja menuju utara Bogor. Dalam perjalanan, sambil berbincang kak Etha menjelaskan, ada 14 paket yang dibagikan ke Sektor 21. “Jemaat di sektor ini merupakan jemaat terbanyak dari keseluruhan sektor yang ada. Dan letaknya juga cukup lumayan jauh dari gereja. Sehingga kita mensepakati hari ketiga ini, bantuan kita tujukan ke sana.”
Maka, rombongan menyusuri jalan menuju lokasi. Keluarga pertama yang dikunjungi adalah S. Endro Wijayanto R. Ibu Ivon, sang punya rumah menyambut tim dengan sukacita. Dua keluarga berikutnya, yaitu keluarga Sudarto dan ibu Lani Kode juga menyambut tim dengan senang. Ibu Lani meski terbata-bata bicaranya dan dalam kondisi stroke sehingga hanya duduk, ia ikut bernyanyi ketika tim mengajak bernyanyi saat menyudahi kunjungan di rumahnya. Tiga keluarga ini beralamat di Kedung Badak Teplan.
Kunjungan berikutnya, tim menuju rumah keluarga Kornel Rajaguguk di Desa Suka Resmi, Jln Ahmad Yunus No. 42, Cilebut. Tim juga diterima dengan suka cita. Mendengarkan apa yang dilakukan keluarga dan mendoakan menjadi bagian dari kunjungan tersebut. Meski waktunya tak lama, keluarga merasakan senang ketika dikunjungi.
Keluarga ke lima dan ke enam yang dikunjungi oleh tim, yaitu keluarga Hendrik Arief di Perum Pesona II, Blok EB -6 No 1. Cilebut. Kemudian keluarga Roni Tobing- Perum RSCM Jln Kayu Putih II No 8, Cilebut. Tiga keluarga selanjutnya, yaitu di asrama Kedung BAdak Baru, yaitu ibu Winny Mumu, keluarga Arief Rusyadi dan keluarga Ronald Jansen.
Sosialisasi Bantuan Usaha
Ada yang menarik dari kunjungan tersebut. Selain keluarga-keluarga yang rata-rata pekerjaan yang dilakukan sebagai pengemudi ojek online dan berdagang juga ada pensiunan yang kebanyakan adalah lansia. Kata Chris Wangkay, selain bantuan yang diberikan, tim juga memberikan semangat untuk bertahan hidup di masa pandemi dengan mengajak mereka berusaha.
“Tadi bisa dilihat dan didengarkan langsung. Jadi sebelum bantuan tahap ini kami lakukan, kami sudah mengirimkan brosur berisi usaha kecil yang bisa dilakukan oleh mereka yang menerima bantuan. Ya, kami memang tidak bisa memberikan bantuan sembako terus menerus. Itu sebabnya kami sebelumnya memberikan pemahaman bahwa keluarga-keluarga itu bisa membuat peternakan lele kecil dan tanaman sayur, seperti bayem pokcoi yang masa panennya 3 minggu sehingga mereka bisa menikmati hasil panen itu dan sehat. Dan rata-rata mereka sanat tertarik untuk melakukan usaha itu. Sosialisasi kami dipahami oleh warga jemaat. Sehingga nantinya kita lewat korsek-korsek itu akan membuat list 10 keluarga dulu yang akan kami bantu modal untuk usaha aquaponic atau untuk meningkatkan warung kecilnya sehingga jadi berkembang. Dan di masa pandemic ini, mereka tetap bertahan tanpa lagi mengandalkan bantuan sembako dari gereja,” terang kak Etha yang ditambahkan oleh pak Chris Wangkay.
Faktor sosialisasi sejak awal menjadi kunci keberhasilan memberikan pemahaman pada warga jemaat. “Pemahaman lewat sosialisasi ini sejak awal bulan sudah kami berikan. Kami membuat brosus dan kami sisipkan saat memberikan bantuan di awal bulan Juni ini. Dan kami akan mencatat siapa-siapa keluarga yang terarik sehingga ditindaklanjuti. Untuk tahap awal akan dibantu 10 keluarga dan seterusnya,” tambah kak Etha.
Waktu sudah menunjukan pukul 14.00 WIB. Tim tiga mengontak dua tim lainnya. Dan mendapat kabar dua tim juga sudah selesai mengenjungi keluarga-keluarga yang sudah ditentukan. Ada kelelahan yang tampak dari anggota tim ketiga. Tapi ada raut sukacita dan puas di wajah anggota tim ketiga setelah selasi melakukan semua kunjungan sore itu.
“Terima kasih ya, karena kami sudah ditemani dalam kunjungan bantuan ini. Kami jadi semangat dalam melakukan pelayanan ini,” kata kak Etha pada redaksi. /lip