Kepedulian yang diberikan GPIB ke depan kepada suku terasing Punan diharapkan akan lebih baik. Beberapa materi pembinaan tengah disiapkan. Mengapa GPIB peduli suku terasing di Kalimantan ini? Jawabannya, Gereja mengikuti jejak Tuhan Yesus Kristus untuk berusaha membebaskan dan mempersatukan orang-orang miskin dan terisoler (Lukas 4 : 18, 19).
“Kekuatiran GPIB melihat statistik jumlah warga masyarakat suku terasing Punan di Long Lame yang terus berkurang dan terancam punah,†ungkap Pdt C. Wairata, pendeta GPIB yang banyak meneliti keberadaan Suku Punan.
Melihat kenyataan ini, Pendeta GPIB C. Wairata dan Pnt Lenny Syafei menggagas untuk melakukan pembinaan-pembinaan terhadap suku Punan. “Sebelumnya sudah ada paket pembinaan yang dilakukan. Ke depan, berbagai paket pembinaan akan kami berikan antara lain beternak ayam kampung,†kata Pnt Lenny Syafei kepada arcus, di Long Aran.
Menurut Pdt C. Wairata orang-orang Punan ini hidupnya berkelompok dan berpindah-pindah. sejak tahun 1938 dua orang pendeta KINGMI yakni Pendeta S.Laeng dan Pendeta Imang Njau sudah menginjili kelompok suku Punan yang mengelana di hutan wilayah Long Lame, kecamatan Long Pujungan, Kabupaten Bulungan kini Kab. Malinau.
Melihat kenyataan di lapangan, Jemaat GPIB “Maranatha†Tanjung Selor dalam Konven Jemaat-jemaat Kaltimsel pada awal tahun 1973 di Balikpapan yang memutuskan untuk menunjang pelayanan bersama kepada Jemaat GPIB di wilayah GPIB “Maranatha†Tanjung Selor dengan fokus utama pada pelayanan suku terasing Punan. .
Pendeta S. Laeng dan pendeta Imang Njau yang telah menyatakan dirinya menjadi anggota GPIB, oleh Sidang Konven ini diminta melanjutkan pelayanan kepada suku terasing Punan. Bantuan Jemaat-jemaat GPIB di Kaltimsel berupa persembahan tetap bulanan dan seluruh persembahan minggu ke lima diperuntukkan bagi jemaat GPIB “Maranatha,†Tanjung Selor, terutama bagi proyek suku terasing Punan. “Hambatan pelayanan di sini sungai yang bergiram dan berbahaya,†kata Pdt C. Wairata.
Pada pertengahan bulan Mei 1974, Pdt C.Wairata sebagai koordinator Konven Jemaat-jemaat GPIB di Kaltimsel mendampingi pendeta S.Laeng meninjau desa Long Aran untuk meresmikan gedung gereja “Uung Pengelesau†(“Pancaran Kasihâ€) di Long Aran pada hari Minggu, 14 Mei 1974. Pada kesempatan itu juga dimulainya pendidikan bagi anak-anak suku Punan di Long Lame pada 15 Mei.

Pdt C. Wairata di GPIB Uung Pangelesau, Long Aran.
Agar pelayanan semakin lancar, pada 1982 GPIB mengangkat penginjil Yamos Ncuk mengawal pelayanan di sana. Dan pada tahun 2000 diteguhkan selaku pendeta GPIB. Pendeta Yamos Ncuk dibekali dan membekali dirinya dengan pengetahuan kesehatan dan pertanian.
Tantangan paling berat adalah wabah yang melanda suku Punan ini, lazimnya disebutkan “wabah Punanâ€, semacam penyakit tenggoran dan penyakit perut menyebabkan banyak yang meningggal. Wabah Punan yang paling parah ini menyerang suku Punan di Long Lame, pada 1985/1986 sebanyak 62 orang laki, wanita, tua, muda, besar dan kecil meninggal dunia. Kepanikan luar biasa melanda kelompok Punan ini, meninggalkan pemukiman dan mengelana di hutan lebat.
Untuk memberdayakan Jemaat-jemaat pendukung pemukiman suku Punan ini, dibentuk jejaring pengorganisasian dengan jangkauan luas, meliputi jemaat-jemaat di Jakarta, Surabaya dan Balikpapan.
Proyek adopsi suku Punan ini ditangani oleh Panitia Pelaksana Pembinaan suku Punan (P4) yang berkedudukan di Tanjung Selor, Jemaat GPIB “Maranatha†Tanjung Selor sebagai Jemaat Pembina Proyek. Jemaat GPIB “Balikpapan†sebagai Jemaat Koordinator Proyek, sedangkan jemaat GPIB “Paulus†Jakarta dan GPIB “Ebenhaezer†Surabaya sebagai Jemaat-jemaat pendukung sedangkan Majelis Sinode GPIB sebagai Penasehat.
Pdt C. Wairata menyebutkan, di “Uung Pengelesau†ini 84 tahun lalu, tanggal 19 September 1931 terjadi peristiwa monumental. Di daerah ini ada baptisan massal masyarakat Dayak di Long Pujungan. Peristiwa ini selalu dikenang dan dirayakan bersama masyarakat Dayak dari Long Pejalin dan sekitaranya.
Cukup banyak warga suku terasing Punan yang berjemaat di GPIB Uung Pangelesau ini. “Ada sebanyak 50 kepala keluarga suku Punan di Long Lame yang pada umumnya berjemaat di Uung Pangelesau,†ungkap Donny Kurin, warga Punan, Long Lame kepada arcus disela-sela acara ibadah minggu pelembagaan jemaat.