PIB begitu peduli akan Pekabaran Injil yang diwujudkan dalam acara Bulan Pelkes yang dilaksanakan di Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara.
Setelah dibuka Ketua Umum Majelis Sinode GPIB Pdt. Markus Frits Manuhutu M.Th dan Pejabat Gubernur Kaltara, event yang dilaksanakan pada tanggal 11-15 Juni 2015 berjalan lancar. Acara pembukaan yang dilakukan dalam suatu ibadah di Gedung Wanita, Kota Tanjung Selor, diisi oleh berbagai kegiatan tradisional yang membuat acara pembukaan semakin semarak. Selain Ketum MS-GPIB, juga hadir Ketua I, Pdt Martinus Tetelepta M.Min dan Sekretaris Umum MS-GPIB Pdt. Adriaan Pitoy M.Min yang duduk berderet dengan Ketua Panitia Bulan Pelkes 2015, Pnt. Pollymaart Sijabat.
Dalam khotbahnya, Ketum MS-GPIB Pdt. Markus Frits Manuhutu mengajak segenap peserta Bulan Pelkes untuk mengerjakan apa yang sudah ditetapkan di Pos-pos yang ada di Mupel Kaltara Berkat. Dan dalam kaitannya dengan Tema: Menata alam secara adil demi kelangsungan hidup sejahtera serta sub Tema: Membangun hidup sejahtera antar agama dan etnis serta mengawal alam lestari Kalimantan Utara, Pdt. Markus Frits Manuhutu berharap kehadiran peserta di Pos bisa memberikan bukti bakti yang baik bagi warga di Pos Pelayanan.
Pdt C. Wairata, Mantan Sekum MS GPIB mengatakan, Kota Tanjung Selor, semula adalah ibu kota kabupaten Bulungan, propinsi Kaltim. Setelah terbentuk propinsi termuda Kaltara, Tanjung Selor ditingkatkan statusnya menjadi ibu kota Propinsi Kaltara. Jemaat GPIB Maranatha, Tanjung Selor integral pada Sektor-sektor Pelayanan (sekarang:Pos-pos Pelayanan dan Kesaksian) punya keunikan dibanding dengan wilayah pelayanan GPIB lain, karena ia dibentuk oleh migrasi penduduk dari daerah pedalaman Apau Kayan, Data Dian dan Long Pujungan ke daerah hilir sungai.
Pos-pos pelkes GPIB Maranatha Tanjung Selor, dewasa ini .: “Efrat†Sajau, “Bethel†Teras Nawang, “Hosiana†Teras Baru, “Sinar Kasih†Mara I (asal dari Kecamatan Apau Kayan). “Kanaan†Long Pejalin dan “Anugerah†Sekang, “Tiberias†Selimau (asal dari Kecamatan Long Pujungan). “Sumber Kasih†Tanjung Agung, “T, “Marturia†Sungai Uma, “Lembah Silo†Gunung Seriang, “Ekklesia†Long Sam, “Hosianaâ€, “Muara Pangean†Peso, “U’ung Pengelesauâ€, Long Aran (gabungan desa Long Aran dan Long Lame), “Long Pujungan, “Long Alangoâ€, “Long Berini†dan “Long Kemuat.†(di daerah pedalaman).
Kemajuan masyarakat di Kaltara tidak lepas dari partisipasi semua komponen masyarakat, dimana umat beragama ikut memberi warna pelangi pluralitasnya. Perkembangan Pelkes GPIB di wilayah Kaltara secara umum adalah bentuk partisipasi semua warga di Pos-Pos Pelkes GPIB dalam upaya keesaannya bersama gereja tetangga. Namun secara khusus dapat disebutkan peran beberapa institusi jemaat, bahkan keluarga dan pribadi. Apresiasi kepada perintis jemaat-jemaat GPIB di Wilayah Kaltim-Kalsel dibawah koordinasi jemaat GPIB Balikpapan sepanjang tahun ’70-an yang berlanjut dengan pertiisipasi Jemaat GPIB Ebenhaezer di Surabaya dan GPIB Paulus Jakarta serta empat Team Safari Pelkes mewakili Jemaat-jemaat di DKI Jakarta ke pedalaman Kaltim, Mei 1984, serta jemaat-jemaat di Jatim yang semuanya berperan bersama pemerintah memukimkan suku terasing Punan di Long Lame, kecamatan Pujungan. “Para perintis Jemaat “Maranatha†Tanjung Selor patut diberikan apresiasi, beberapa nama antara lain: Bapak Pudehokang, Bapak Harefa, Bapak Pilipus, beberapa bapak yang semuanya sudah almarhum,†ungkap Pdt C. Wairata.
Selain itu kepada para pendeta yang pernah melayani di Jemaat ini, antara lain secara khusus: Pendeta Urasana, Pendeta Hans Jacob, Pendeta Broery Assa (alm), Pendeta Karel Wurlianty yang berkecimpung melayani suku Punan Long Lame dan Punan Batu. Juga pendeta P.H. Rompas (alm) dari unsur Majelis Sinode GPIB masa tugas 1974 -1978 pendorong proyek ini. Selalu dikenang keluarga Markadi-Tambuwun, selain membantu pembangunan tujuh gedung Gereja sederhana secara langsung di Pos-pos Pelkes ini, juga menfasilitasi lima anak daerah menjadi pendeta GPIB serta menjadikan lokasi Juata Laut sebagai pusat perbantuan. Para pejabat anggota GPIB seperti keluarga Niklas Mou (alm), keluarga . P.O. Singal dan masih banyak lagi para partisipan, pelayan Tuhan.
Gereja-gereja di wilayah Kaltim dan Kaltara patut hadir secara positif, kreatif, kritis, realistis dan transformatif bersama dengan pemerintah dan masyarakat demi kesejahteraan bangsa. GPIB memberi apresiasi kepada Gereja-gereja di wilayah Kaltara khususnya Gereja Kristen Injili Indonesia (GKII, dahulu KINGMI), karena selain kiprahnya dalam pekabaran Injil yang luar biasa di daerah pedalaman Kaltim dan Kaltara, juga telah memberi andil bagi GPIB dalam pengalaman, fasilitas angkutan, tenaga bahkan pelayanan.
Sejak pertengahan tahun 1972 Jemaat-jemaat GPIB di Kaltim-Sel di bawah koordinasi Jemaat GPIB Balikpapan menata wilayah Tanjung Selor sebagai wilayah Pelkes bersama. Dukungan spiritual dan material Jemaat-jemaat di Kaltim-Kalsel menyebabkan Jemaat GPIB Maranatha Tanjung Selor yang sebelum tahun 1972 hanya ada 4 Sekpel bertambah menjadi 7 Sekpel pada tahun 1974 dan menjadi 13 Sekpel pada tahun 1983, termasuk pemukiman suku terasing “Punan†di Long Lame (di tengah hutan belantara). Tahun 1974 Persidangan Sinode XI GPIB di Waru memutuskan GPIB memasuki “Jantung Kaltim†ini sebagai “pilot project†partisipasi Gereja (GPIB) dalam Pembangunan. Persidangan.Sinode XI GPIB di Waru menugaskan Jemaat Maranatha Tanjung Selor, Balikpapan, Ebenhaezer, Surabaya dan Paulus Jakarta menangani proyek ini. Sejak tahun 1983, Jemaat-jemaat GPIB di Surabaya: GPIB “Bahtera Hayatâ€, “Bukit Zaitunâ€, “Pnielâ€, “Bojonegoro†dan lain Ikut membantu proyek Punan ini.
Kini di 2015 tim Bulan Pelkes menggelayut di Pos-pos Pelkes yang ada di Kaltara Berkat. Gerak langkah pelayanan mengabarkan Injil disampaikan melalui kegiatan yang telah ditetapkan. GPIB Maranatha,Tanjung Selor menjadi titik nol melepas tim Bulan Pelkes merambah pelosok. KMJ GPIB Maranatha Pdn Chlaudya I. Yosep – Sahertian tampak antusias menerima kedatangan peserta tim pelkes yang datang dari seluruh perutusan jemaat GPIB dan Mupel.
Semangat melakukan Pekabaran Injil bagi warga di pos membara ba’ api yang tak pernah kunjung padam. Agar semua pos-pos yang ada bisa dijangkau, panitia membaginya ke dalam tujuh kelompok. Tim 1 bergerak ke Pos Efrat Sajau, Tim 2 Pos Tiberias Selimau dan Induk, Tim 3 Pos Pelkes Bethel Teras Nawang, Hosiana Teras Baru, Marturia Sungai Uma, anugerah Penabur karang Agung, Tim 4 menempati Pos Kanaan Pejalin, Lembah Silo Gunung Sriang, dan Anugerag Sekang, Tim 5 Pos Pelkes Sinar Kasih Marasatu, Tim 6 di Pos Pelkes Eklesia Long Sam, dan Tim 7 Pos Pelkes Hosiana Muara Pangean Peso.
Kelompok-kelompok yang dibentuk meluncur memasuki pos-pos. Seakan tiada hambatan semua pos ditembus tim yang. Semangat memberitakan Kabar Baik melalui karya nyata dilkukan tuntas di semua pos Pelkes. Dari bakti sosial berupa pengobatan gratis dan penanaman tanaman produktif dilakukan. Bahkan penyebaran benih ikan di tambak-tambak warga juga terwujud. Penanaman jahe di Pos Pelkes IV Kanaan, Pejalin berlangsung sukses. Panas yang menerpa bumi bukan penghalang, sengatan matahari saat membenamkan bibit jahe di bumi Pejalin. Haus sekan terlupan oleh sukacita memberi semangat warga pos.Langit yang tadinya cerah perlahan tapi pasti merangkak gelap buka karena malam. Langit pun mendung dan tak lama kemudian hujan turun membasahi.
Tim Pelkes di Pos Pejalin ini mencoba berteduh sejenak menghindar hujan yang turun cukup deras. Setelah ditunggu-tunggu hujan tak juga berhenti sementara lahan sudah dibuka siap untuk ditanami. Tak mau berlama-lama menanti hujan reda, satu per satu tim keluar dari pondok di persawahan melanjutkan penanaman jahe. Pdt Martinus Tetelepta dan Nyonya juga nekad menembus hujan deras melanjutkan penanaman jahe. Sementara di belahan bukit lainnya terlihat Sekretaris Dept Pelkes Tommy Masinambow mencucukan jahe ke dalam lobang-lobang yang tersedia diikuti tim pelkes lainnya yang tergabung dalam kelompok Pejalin yang baru saja melaksanakan pengobatan gratis bagi warga.
Tidak hanya itu, kelompok Pejalin juga menjangkau warga dengan melakukan penebaran benih ikan di kerambah warga. Tampak sukacita dari warga khususnya anggota PKP di Pejalin yang memiliki kerambah ikan. Pasalnya, tim pelkes memberikan bantuan benih ikan yang langsung dimasukkan ke dalam kerambah. Pdt Martinus Tetelepta dan Pdt. Adriaan Pitoy berbaur dengan warga di pos saat menebar benih ikan ke dalam warga. Dan bergantian satu per satu peserta tim pelkes ikut menebarkan benih ikan ke dalam kerambah. Di pos lainnya, di Desa Metun Sajau, juga ada kegiatan Pelkes yang dipimpin Ketua Dept. Pelkes Tony Pitoy. Kelompok Sajau ini selain memberikan pembinaan juga melakukan pengecatan gedung gereja Efrat Sajau yang tampak sangat sederhana.
Untuk mencapai pos-pos yang ada diakui memang tidak mudah. Selain jauh, jalan yang ada hanya berupa pengerasan dari dari batu kali juga berlubang. Dan yang lebih menantang adalah jalur tempuh untuk sampai ke pos harus dijangkau dengan katinting, perahu tempel yang bisa memuat 7-9 orang. Di Sungai-sungai yang merupakan alur sungai Kayan ini semangat dipertaruhkan. Masihkah gairah mambara saat menapaki jalur sungai dengan segala rintangan dan bahaya yang bisa saja menimpa tim Pelkes?
Doa dan kebersamaan tampaknya mengalahkan rasa takut saat mengitari alur sungai yang kadang kompromi tapi kadang juga membuat jantung berdegup kencang karena rintangan berupa cadas yang bisa saja mematahkan baling-baling atau perahu terbalik karena menghantap pohon tumbang yang ada di dalam sungai.
Pdt Luther Bahtiar dan Vera Sanger tampak sangat menikmati perjalanan pergi dan pulang menggunakan katinting. Dengan pelampung di tubuh tim pelkes ini untuk menjaga kulit tak tersengat panas matahari menghitamkan wajah dengan lotion hitam yang tampak semakin memberi kesan semangat. Petualangan kelompok ini cukup memberikan kisah menarik karena dalam perjalanan menuju pos dibayangi rasa takut terhadap serangan buaya. “Wah…carita-cerita orang di sungai memang ada buaya,†ungkap salah seorang perserta.
Cukup banyak cerita yang memberikan inspirasi untuk membangun pos pelayanan menjadi lebih baik. Kisah ibadah di Efrat Sajau cukup membuat umat Tuhan di sana prihatin. Pasalnya, saat ibadah malam berlangsung tiba-tiba listrik padam. “Yaaaah…suara serempak terdengar ketika lampu padam saat Pdt. Adriaan Pitoy memberikan sambutannya.†Minimnya listrik dengan segala kesederhanaan bisa membuat jemaat Tuhan semakin giat untuk berusaha atau malah meninggalkan pos karena tepat di depan gedung gereja Pos Efrat terdapat gereja GKII yang berdiri megah.
Kebersamaan yang kompak begitu dirasakan saat bergelut dalam pelayanan-pelayanan di pos pelkes. Letupan-letupan peduli akan saudara seiman di pos begitu menyeruak di dada. Prof. G.A Wattimena yang juga ikut dalam tim pelkes ini membaktikan diri menjangkau warga dengan pembinaan yang dilakukannya di pos. Saking semangatnya, saat meniti sungai agar bisa menyeberang, profesor dari IPB Bogor ini terjerembab ke dalam sungai. Akibatnya seluruh tubuh dan perlengkapan yang dibawa menjadi basah termasuk ponsel kesayangan ikut tercebur.
Tak ada kata akhir untuk melakukan kebajikan bagi sesama. Tak ada usai untuk menyapa sasama di pos pelayanan. Dan tak ada kata berhenti untuk menyampaikan Injil bagi umat-Nya di pos Pelayanan. Selamat melayani.