Lawang, Jawa Timur – Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) melaksanakan Evaluasi Vikaris dan Pembekalan Mentor Tahun Pertama periode 2024–2025 di Griya Bina Lawang, Malang, Jawa Timur, pada 16–21 September 2025. Dalam kegiatan ini, sebanyak 58 vikaris dinyatakan lulus untuk melanjutkan proses vikariat ke tahun kedua.

Ketua Departemen Teologi dan Persidangan Gerejawi, Pdt. Abraham Ruben Persang, menjelaskan bahwa tema evaluasi kali ini, “Misioner, Transformatif, Pastoral”, merupakan pengejawantahan dari amanat Persidangan Sinode 2021. “Tema ini menegaskan bahwa GPIB berkomitmen menghasilkan pemimpin—khususnya para pendeta—yang teguh mengemban misi Allah, menjadi agen perubahan, dan sekaligus hadir sebagai sahabat serta gembala bagi seluruh ciptaan,” jelasnya.
Menurut Ruben, evaluasi ini penting untuk menilai kesadaran vikaris dalam menjawab panggilan pengutusan Tuhan melalui gereja. Mereka yang memenuhi kualifikasi kemudian dibekali agar di tahun kedua semakin matang secara spiritual, intelektual, dan pastoral. Ia menegaskan bahwa peran mentor sangat krusial dalam proses pendampingan, terutama saat vikaris kembali melayani di jemaat.

Sementara itu, Sekretaris Umum Majelis Sinode XXI GPIB, Pdt. Elly D. Pitoy-de Bell memberikan pesan khusus kepada para vikaris agar menjaga kedewasaan pribadi dan spiritualitas. Ia menekankan pentingnya sikap disiplin dan integritas. “Jangan pacaran sembarangan, jangan usil, jangan terlena dengan dunia digital. Lakukan meditasi, perbanyak kontemplasi, temukan kehendak Tuhan, dan biasakan membuat jurnal rohani. Semua itu harus dilandasi dengan spiritualitas, integritas, dan moral,” tegas Elly.

Dari sisi peserta, para vikaris juga berbagi refleksi. Geovanny Geraldy Laurentius Khoswandy menuturkan bahwa ia mempersiapkan diri dengan membekali pengetahuan teologis, keterampilan komunikasi, dan kesiapan mental menghadapi konteks pelayanan yang beragam. “Tantangan terberat adalah menyesuaikan diri dengan konteks jemaat. Untuk itu saya berusaha mempelajari secara detail agar benar-benar bisa hadir secara utuh di tengah jemaat,” ujarnya.
Senada, Vikaris Jannet Gloria Monika Kahiking menekankan bahwa proses ini membantunya semakin yakin dalam panggilan pelayanan. “Saya berusaha menjaga karakter, integritas, dan kerendahan hati. Tantangan memang banyak, baik dari dalam diri maupun konteks luar. Tapi semuanya saya maknai sebagai bagian dari pembentukan Tuhan,” ungkap Jannet.

Kegiatan evaluasi ini menjadi tonggak penting dalam proses pemendetaan GPIB. Para vikaris diharapkan semakin matang sebagai calon pelayan Firman dan Sakramen, sehingga kelak mampu hadir sebagai pemimpin gereja yang misioner, transformatif, dan pastoral.
