Jakarta Timur, GPIB – Peduli pada keselamatan akibat bencana alam, tim Garuda dan Rajawali turun tangan. Walau hanya sekadar pelatihan namun kesungguhan terlihat dari setiap personel dalam pelatihan mitigasi bencana alam yang digelar Mupel Jakarta Timur di Buperta Cibubur, 1 Juni 2021.

Semangat sudah terlihat sejak pembukaan yang dilakukan oleh Ketua Mupel Jakarta Timur Pdt. Manuel E. Raintung dan Pdt. Ellen Irma Polii-Tamunu. Masing-masing peserta menempati posisi yang tersedia di Aula Mahoni Buperta untuk mengikuti pelatihan yang memang cukup padat dengan materi-materi yang disampaikan sejumlah pelatih yang dipimpin Karl Simatupang dan beserta tim yang jumlahnya 13 orang dan dr. Cleve Sumeisey, MARS, D.Min .
“Jumlah peserta yang ikut sebanyak 23 orang yang berasalal dari masing-masing jemaat yang ada di Mupel Jakarta Timur,” kata Pdt Manuel E. Raintung. Adapun peserta yang jumlahnya sebanyak 23 orang berasal dari jemaat GPIB Agape, GPIB Bethania, GPIB Cawang Baru, GPIB Horeb, GPIB Kharis, GPIB Koinonia, GPIB Marturia, GPIB Martin Luther, GPIB Menara Iman, GPIB Nazareth, GPIB Pelita, GPIB Penabur, GPIB Taman Harapan dan GPIB Torsina. Sementara GPIB Surya Kasih tidak mengirimkan peserta.

Setelah membagi peserta dalam dua kelompok, yakni Garuda dan Rajawali pelatihan pun dimulai. Materi bina yang disampaikan antara lain Apa Itu Mitigasi, Teknik Melindungi Diri Dari Gempa, Games Kekompakan, Teknik Pertolongan Pertama dan Evakuasi, Teknik Tali Temali, dan Water Rescue.
Setelah mendapatkan materi pelatihan di tempat yang di Aula Mahoni Buperta Cibubur, peserta pelatihan digiring ke lokasi pelatihan Water Rescue di Danau yang jaraknya sekitar 500 meter dari Aula Mahoni. Menuju Danau, peserta diwajibkan mengenakan baju pelampung sebagai syarat utama dalam praktik pelatihan di Danau yang cukup luas dan dalam, dimana sebelumnya ada sebuah Helikopter latih jatuh di Danau tersebut.

Semangat peserta mengikuti pelatihan tampak luar biasa. Antusias terlihat dari peserta saat memikul perahu karet menuju Danau. Terlihat kekompakan, kebersamaan yang dibutuhkan dalam sebuah operasi penyelamatan yang walaupun ini hanya merupakan pelatihan.
“Kekompakan sangat dibutuhkan saat menangani bencana. Setiap kelompok harus mengenal satu dengan lainnya, tidak boleh ada kawan yang tertinggal. Ketua kelompok harus memperhatikan itu,” kata Karl Simatupang.

Saat akan memulai pelatihan di kawasan danau, peserta diwajibkan untuk melakukan sedikit olahraga pemanasan sebelum terjun ke danau dan harus membasahkan diri dengan air danau sebelum menaiki perahu karet untuk operasi penyelamatan.
Go, go, go…terdengar salah seorang peserta setengah berteriak memberi semangat kepada rekan peserta lainnya sembari mendorong perahu karet ke tengah danau. Semangat mendayung peserta agar perahu bisa bergerak ke tengah danau begitu luar biasa. Bahka setelah tiba ditengah pun masih terdengar yel-yel penyemangat.

Di danau ini aneka pelatihan harus dilalui oleh setiap peserta dari teknik mendayung, roll off dan pelatihan penyelamatan dengan menggantung di tali yang berada di permukaan air danau. Alhasil, semua pelaltihan dapat dilalui dengan baik. Danau Buperta menjadi saksi betapa kuatnya semangat awak GPIB untuk hadir membantu sesama yang mengalami musibah. Bravo Mupel Jaktim.

Pentingnya Mitigasi Bencana
Bencana bisa datang kapan saja tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu. Oleh karena itu, siapapun harus siap kapan pun dan dimanapun berada. Hal yang terpenting adalah tetap mengikuti arahan dari petugas yang berwenang.

Bencana gempa bumi, seperti dilansir ditdikbusmp.kemd.go.id menyebutkan biasanya disertai dengan bencana lainnya. Contohnya seperti tsunami jika gempa terjadi di dekat pantai, tanah longsor jika gempa terjadi di daerah tebing, dan juga robohnya bendungan jika gempa terjadi di sekitar bendungan air.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika gempa bumi terjadi. Jika gempa terjadi saat berada di dalam ruangan, segera cari tempat berlindung yang kuat seperti di bawah meja atau kasur. Namun bila tidak ada tempat berlindung, gunakan bantal atau benda lain untuk melindungi kepala dari benturan. Waspada akan atap atau benda yang runtuh akibat gempa.

Apabila gempa bumi terjadi ketika sedang di luar ruangan, hal yang harus dilakukan adalah tetap berada di ruang terbuka dan menjauhi benda-benda yang berpotensi runtuh seperti gedung, pohon, rumah, tiang listrik, papan reklame, dan sebagainya.
Selain itu, hindari area pantai dan larilah ke dataran tinggi jika gempa terjadi di sekitar pesisir karena berpotensi menimbulkan tsunami. Bila gempa terjadi di kawasan tebing, carilah tempat yang jauh dari tebing karena berisiko terjadi tanah longsor.
Setelah gempa selesai, hal yang perlu dilakukan adalah menuju titik evakuasi. Jangan memasuki bangunan setelah gempa. Karena ada kemungkinan bangunan tersebut dapat runtuh. /fsp