GPIB Indonesia
  • Media GPIB
  • Tentang GPIB
    • TENTANG GPIB
    • Visi dan Misi
    • Pemahaman Iman
    • Majelis Sinode
    • Presbiterial Sinodal
    • PKUPPG
  • DIREKTORI
    • Departemen
    • Gereja
    • Pendeta
    • Yayasan
      • YAPENDIK
      • YAYASAN DIAKONIA
      • YAYASAN KESEHATAN
  • Berita & Artikel
    • SINODE
    • Kegiatan
      • M I S I O N E R
      • D I A K O N I A
    • Kegiatan PELKAT
      • PELKAT PA
      • PELKAT PT
      • PELKAT GP
      • PELKAT PKP
      • PELKAT PKB
      • PELKAT LANSIA
    • P E R S P E K T I F
      • I N S P I R A S I
      • Sosok
  • Arcus
  • Radio
  • Sabda Digital
  • Hubungi Kami

GPIB Indonesia

  • Media GPIB
  • Tentang GPIB
    • TENTANG GPIB
    • Visi dan Misi
    • Pemahaman Iman
    • Majelis Sinode
    • Presbiterial Sinodal
    • PKUPPG
  • DIREKTORI
    • Departemen
    • Gereja
    • Pendeta
    • Yayasan
      • YAPENDIK
      • YAYASAN DIAKONIA
      • YAYASAN KESEHATAN
  • Berita & Artikel
    • SINODE
    • Kegiatan
      • M I S I O N E R
      • D I A K O N I A
    • Kegiatan PELKAT
      • PELKAT PA
      • PELKAT PT
      • PELKAT GP
      • PELKAT PKP
      • PELKAT PKB
      • PELKAT LANSIA
    • P E R S P E K T I F
      • I N S P I R A S I
      • Sosok
  • Arcus
  • Radio
  • Sabda Digital
  • Hubungi Kami
SINODE

Diakonia sebagai Gaya Hidup Gereja

May 20, 2020

GPIB, Jakarta – Kebangkitan Nasional yang diperingati tiap tanggal 20 Mei dan peringatan Kenaikan Yesus Kristus yang jatuh pada 21 Mei memiliki kaitan erat bagi warga Kristen. Menurut Pdt. Paulus Kariso Rumambi, Ketua Umum Majelis Sinode GPIB dalam dua peringatan tersebut, harus dimunculkan pertanyaan, apa yang akan manusia kerjakan untuk Tuhan di masa periode setelah kenaikan Yesus Kristus?

“Karena ketika masa kematian dan kebangkitan Kristus, Ia telah melakukannya untuk kita manusia. Sekarang kita hidup di periode setelah Kenaikan Yesus Kristus. Kita diminta melakukan sesuatu untuk Tuhan. Orang-orang yang butuh pertolongan, hiburan dan penguatan di masa pandemi ini makin banyak. Ketika kita melakukan sesuatu untuk mereka yang terdampak oleh virus Corona ini, maka sebenarnya kita sedang melakukan sesuatu untuk Tuhan, mengerjakan sesuatu untuk Tuhan. Dalam kaitannya dengan kebangkitan Nasional dan kenaikan Kristus ke surga, tentu saja kita digugah untuk meningkatkembangkan semangat nasionalisme kita, bahwa sesama anak bangsa itu setara dan dengan demikian kita terdorong untuk melakukan sesuatu buat mereka, terutama yang terdampak negatif virus Corona. Mestinya sebagai gereja terpanggil untuk menampilkan jatidirinya, yaitu diakonia, pelayanan. Itu harus menjadi sebuah gaya hidup kita ke depan sebagai gereja, baik gereja sebagai individu atau gereja sebagai lembaga atau secara kolektif,” kata Pdt. Rumambi, ketika berbincang bersama Radio GPIB, Rabu (20/5) tentang makna peringatan Kebangkitan Nasional dan Kenaikan Yesus Kristus.

Lebih jauh, Pdt Rumambi menambahkan, apa yang dilakukan Satgas Covid-19 sudah cukup bagus namun perlu dipikirkan untuk membentuk satgas lainnya. “Departemen-departemen yang ada harus buat satgas-satgas, seperti satgas pastoral, satgas perekonomian dan lainnya. Banyak yang masih bisa dibuat. Dan semua itu dipahami, dilakukan sebagai sebuah pelayanan untuk Tuhan.”

Dalam perbincangan di program Rehat Malam Radio GPIB, ketika ditanyakan soal pendapatan gereja yang berkurang akibat pandemi, Pdt. Rumambi menjelaskan agar kita tidak bergantung dengan gereja..

“Ini mindset- nya yang harus diubah. Memang kita ini, terutama masalah GPIB ya. Gereja warisan dari Belanda, gereja negara, gereja pemerintah yang semuanya harus difasilitasi. Ketika saya pergi ke Korea tahun lalu, saya melihat di sana gereja, semua warganya memberikan diri kepada majelis, apa yang bisa saya bantu, tanpa uang transport, tanpa apapun. Sudah persepuluhan mereka disiplin, mereka juga memberikan apa yang mereka berikan. Hari ini saya off, apa yang saya bisa bantu, saya siap, jadi tidak ada biaya cleaning service dan jemaat itu aktif. Jadi, kita bisa melihat GPIB ke depan, biaya-biaya rutin yang sangat besar, biaya-biaya organisasi itu musti dialihkan pada biaya pelayanan. Pelayanan kan gaya hidup kita. Diakonia. Justru pada masa pandemi ini, kita lihat, sebagai berkat Tuhan bagi kita untuk mengubah ber-geraja yang baru, yang tidak meminta pada gereja, tapi apa yang saya bisa buat untuk gereja. Itu gaya hidup pelayanan dan itu hakekat gereja. Kalau bukan pelayanan bukan gereja dong,” kata Pdt. Rumambi. (lip)

Diakonia sebagai Gaya Hidup Gereja was last modified: May 20th, 2020 by GPIB

Tinggalkan Komentar / Pesan Anda disini

0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

ASOSIASI PASTORAL INDONESIA: Covid-19 Memberi Ruang Bagaimana Pola Perilaku Mengelola Diri

Pdt M. Tetelepta: Pandemi Berakhir Tergantung Tuhan dan Disiplinnya Masyarakat

Majelis Sinode GPIB Minta Batasi Ibadah Luring, Plasma Darah Konvalesen Sangat Dibutuhkan

SURAT GEMBALA SINODE GPIB PILKDA 2018 & PILPRES 2019

Cuci tangan Sesering Mungkin!

Pencipta Lagu Mars Teruna GPIB Harry Riwayadi Meninggal Dunia, Kapolda Kalsel Berikan Tanda Duka

Miranda S. Goeltom Pimpin BUMG GPIB

Menteri Agama Perkenankan Melaksanakan Ibadah Kolektif, Syarat Ketat

Ibadah Kenaikan Yesus & Penghiburan Keluarga Berduka

Ibadah Penglepasan Pdt. (em) R. A. Waney

Kategori Artikel

  • SINODE
    • Pesan-Pesan
    • Agenda
  • DIAKONIA
  • Perspektif
    • Arcus
    • Inspirasi
    • Sosok
  • Kegiatan PELKAT
    • PELKAT PKB
    • PELKAT GP
    • PELKAT PT
    • PLEKAT LANSIA
    • PELKAT PA
  • Kegiatan
    • DIAKONIA
    • Misioner
  • Featured
    • Slide

Majalah Arcus

Hubungi Kami

Majelis Sinode GPIB
Jl. Merdeka Timur. No.10
Gambir, Kota Jakarta Pusat
Jakarta, Indonesia
P: (021) 384 2895
P: (021) 384 9917
F: (021) 385 9250
E: admin@gpib.or.id

Direktori

  • Yayasan
  • Pendeta
  • Departemen
  • Musyawarah Pelayanan
  • Facebook
  • Email

@2016 - Majelis Sinode GPIB.