JAKARTA, GPIB.or.id – Rangkaian acara menarik digelar Yayasan Pendidikan Kristen (Yapendik) GPIB. Acara digelar sebagai rangkaian memperingati HUT-nya yang ke-40. Acara apa saja itu? Yang pasti ada ibadah syukur dan acara-acara lomba edukatif lainnya.
Acara ibadah syukur yang dilaksanakan live via zoom mengambil tema “Pendidikan yang Kreatif dan Memerdekakan” dipimpin Ketua Umum Majelis Sinode GPIB Pdt Drs. Paulus Kariso Rumambi M.S pada tanggal 10 Juli 2021. Kreativitas meramu acara HUT ke-40 tampak nyata dari ragam acara yang disajikan.
Pandemi Covid-19 bukan halangan untuk berkreasi. Ternyata banyak yang tiba-tiba mempunyai keahlian baru. Baik yang berawal dari desakan ekonomi, kebutuhan sarana mengajar, maupun karena memanfaatkan waktu selama WFH. Ada yang tiba-tiba jadi ahli membuat kue, bertanam, usaha ikan hias yang menambah keuangan. Ada guru yang jadi ahli membuat video pembelajaran, mendadak jadi trainer, ada pula yang jadi youtuber. Pengalaman ini sangat bagus kalau ditulis sehingga bisa mengispirasi orang lainuntuk menggali potensi dan melahirkan karya kreatif.
Karena itu, masih dalam rangkaian HUT ke-40 Yapendik melaksanakan Lomba Menulis Kreatif, memilih tema “Pandemi Membuatku Berinovasi” deadline penulisan pada 31 Juli 2021 lalu, yang terbuka bagi siapa saja keluarga Yapendik, PC, Guru, murid, orang tua murid, Simpatisan donatur Yapendik. Untuk pendaftaran silakan isi link berikut: https://forms.gle/3kkcKqc6htTEsQ788
Masih dalam bulan Juli, Yapendik pada Sabtu 31 Juli 2021 melaksanakan event zoominar yang diikuti sekitar 100 lebih peserta, di Jakarta bahkan dari bebrbagai daerah. Zoominar pendidikan yang mengangkat tema “Kreativitas Dalam Pembelajaran” menampilkan narasumber Ketua Yapendik Dr. Oloan P. Siahaan dan Konsultan Pandidikan Dr. Jefriansen Damanik dengan moderator Pakar Manajemen Pendidikan Dr. Griet Helena.
Pada Sabtu 7 Agustus 2021 Yaapendik melaksanakan acara VIRTUAL RUN yang menyediakan hadiah untuk 40 pemenang. Daftar sekarang di Untuk informasi selengkapnya dapat menghubungi https://wa.link/mv7nk1 atau https://wa.link/tgs5v7 !
Ketua Yapendik Dr. Oloan P. Siahaan mengajak pelaku di dunia pendidikan untuk mau berubah, Karena dukungan scince maka perubahan semakin lama semakin cepat. Saking cepatnya perubahan itu banyak sekali disrupsi yang terjadi.
“Yang paling baik dilakukan untuk menghadapi suatu perubahan adalah bukan menghalangi perubahan, kalau kita menghalangi perubahan kita akan dilindas oleh perubahan itu sendiri. Jadi harus berselancar dalam perubahan,” tandasnya.
Menurut Oloan, untuk bisa berselancar dalam perubahan itu dimulai dengan diri sendiri untuk membangun mindset dan membangaun etos kerja karena itu merupakan pilihan, itu bukan sesuatu yang diturunkan tetapi itu satu pilihan yang bisa dibangun.
Banyak yang bisa dilakukan yang bisa menimbulkan ketakutan tapi ketakutan itu bisa dikurangi kalau mempunyai mindset yang bagus. Minsdset yang bertumbuh dari waktu ke waktu. “Kita punya kemampuan dan kemampuan itu harus dibangun dengan baik,” tutur Oloan.
Ia menyebutkan, transformasi yang bagaimana yang sedang dihadapi Yapendik dan langkah-langkah dasar apa yang akan dilakukan. Jangan takut sebelum berperang. “Kita sudah punya kemauan, dan siapa menghadapi itu. Kita tidak berpikir mono disiplin tapi harus berpikir trans disiplin. Kita akan mampu melalui itu.”
Dikatakan, pendidikan itu sangat berpengaruh terhadap kehidupan. Senjata yang paling ampuh untuk merubah kehidupan adalah pendidikan. Pendidkan itu bukan sesuatu mengisi bejana. Pendidikan itu semacam mengobarkan api, sekali dimulai proses pendidikan itu berlanjut seumur hidup. Satu pemahaman yang gampang dipahami pendidikan untuk tahu learning to do, untuk tahu dari yang tidak di ketahui. Dan kemampuan untuk melakukan apa yang sudah di pelajari dan menerapkan.
Jadi, kata Oloan, membangun masyarakat pembelajar seumur hidup yang unggul terus berkembang, dan berakhlak mulia adalah bagian dari pendidikan itu sendiri.
“Kita akan bangun pendidikan berbasis teknologi karena disrupsi yang terjadi di dunia pendidikan sekarang, salah satu penyebabnya adalah disrupsi yang diakibatkan olah kemajuan terknogi yang pesat. Kita melihat massif online learning sudah dimana-mana, siapapun bisa mengakses, teknologi yang lain juga sangat berkembang,” imbuhnya.
Bagi Dr. Jefriansen Damanik, pembelajaran di masa pandemi Covid-19 dengan penerapan belajar dari rumah (BDR) tujuannya untuk menghindari kerumunan. Ini bukan sesuatu yang baru, dulu-dulu, kata Jefriansen, orang sudah belahar dari rumah.
Namun, katanya, dengan situasi ini semua pihak yang bersentuhan dengan pendidikan harus menyesuaikan diri dan harus berubah, termasuk kepala sekolah guru, pengurus Yayasan dan orangtua dan semua pihak. Jadi dibutuhkan kreatifitas dan perlu belajar kembali apa yang selama ini sudah dipelajari.
“BDR yang kita kenal selama ini ada dua, online atau daring, ada offline atau luring. Daring maupun luring sama-sama jarak jauh, dikerjakan di rumah, BDR harus di rumah masing-masing bukan berkumpul di satu tempat. Dalam pendidikan jarak jauh ini benar-benar dituntut kompetensi paedagogik dan kompetensi sosial, bagaimana mengajar dan bagaimana berkomunikasi,” kata Jefriansen.
Konsultan Pendidkan ini mengakui, ia banyak mendengar banyak keluahan dari masyarakat, orangtua bingung apa yang harus dilakukan karena belum terkomunikasikan sekolah apa yang harus dilakukan orangtua. Bukan mengajari anaknya tapi mendampingi apa harus dilakukan. Ini mengakibatkan banyak orangtua diawal-awal banyak yang bingung.
“Kreatifitas itu tidak harus baru, ada sesuatu yang baru malah membuat masalah. Tanggung jawab kita adalah pemecahan masalah, bisa berupa gagasan atau karya nyata. Yang lainnya adalah berupa kombinasi dari yang sudah ada,” tutur warga GPIB Nazareth Jakarta ini.
Menurutnya, melakukan pembelajaran yang berkualitas tergantung pada kualitas guru, tentu yang dibina dan diarahkan oleh Kepala Sekolah. Bahkan ada yang mengatakan kualitas sistem pendidikan disuatu negara tidak dapat melebihi kualitas gurunya. Ini tenggung jawabnya sangat berat. /fsp/arcus/GPIB.or.id