GPIB, Jakarta – Pandemi yang terjadi sejak beberapa bulan belakangan berdampak bagi banyak warga. “Kondisi itulah yang kemudian muncul ide bersama teman-teman di grup kecil untuk membentuk komunitas Kita Peduli atau Love and Care for the Needy,” kata Ibu Miranda saat dihubungi akhir April 2020 lalu.
Bersama rekan-rekannya sesama warga jemaat GPIB Paulus, antara lain Theresia Worung, Mona Nanletta dan Francis Hitijahubesy, komunitas ini terbentuk dan langsung melakukan aksinya. Di bulan April lalu, bantuan berupa pemberian nasi bungkus diberikan ke berbagai pihak, bergiliran antara sektor-sektor di lingkungan GPIB Paulus dan warga umum di sekitar atau di lokasi tertentu.
Pembagian paket sembako, kata bu Miranda, terdiri dari beras 5 kilo, minyak goreng, sardines, mie instan, teh celup, dan 2 masker dalam paket sembako. Juga bantuan pulsa bagi pelajar yang harus home schooling, dan beberapa guru yang dianggap kurang mampu. “Mereka yang di rumah, baik siswa dan guru juga perlu diperhatikan.” tandasnya.
Bantuan juga berupa pemberian hand sanitizer dan cairan disinfektan bagi warga kurang mampu yang berusia di atas 65 tahun dan yang berusia di bawah 65 tahun yang mempunyai masalah kesehatan yang dianggap rentan terhadap virus corona. Selain itu bantuan yang diberikan juga berupa masker bersam apaket sembako untuk para pemulung, penjual koran, dan tukang sampah. Serta APD dalam bentuk hazmat, masker, face shield, gloves, hand sanitizer dan disinfektan ke berbagai rumah sakit, puskesmas, dan Satgas Covid19 Sinodal GPIB.
“Prediksi waktu pemulihan pasca pandemi ini bisa berbulan-bulan, untuk itu kita perlu memikirkan hal-hal apa yang bisa dilakukan, bukan hanya bantuan-bantuan sosial ini tapi juga hal lainnya. Kami akan terus membantu lewat grup kami ini dan kami mengucapkan terima kasih bagi yang sudah berpartisipasi lewat grup kami,” ujarnya. (lip)