Kota Bogor bagi Lambert Grijns, Duta Besar Belanda adalah sesuatu yang menyenangkan. Tak heran saat berada di Wilhelmina Kerk yang sekarang dinamakan GPIB Zebaoth ia begitu rupa memperlihatkan kebanggaannya bahwa ia pernah tinggal di Bogor.
Yang pasti bergereja di Zebaoth menjadi nostalgia tersendiri baginya. Saat turun dari mobil BMW yang menghantarkannya ke Zebaoth, Jumat (14/02/2020) banyak aksi yang dilakukannya antara lain meminta rekan sejawatnya untuk memotret dirinya dengan latar belakang gedung gereja Zebaoth dan Pastori serta ruang ibadah anak-anak saat ia dulu melaksanakan Zondag Shcool atau ibadah minggu Pelayanan Anak. Lambert Grijns lahir di Bogor tahun 1962, dan sempat bekerja di Bandung.
Tak puas dipotret oleh rekan rekan sejawat yang datang bersamanya, ia kembali meminta untuk dipotret di samping Pastori, sembari memohon kepada Christ Wangkay Ketua III PHMJ Zebaoth mengabadikannya dengan Hp miliknya. Satu persatu ruang-ruang di Pastori dan dekat Pastori diamatinya dengan baik sembari mengenang masa lalu saat ia berada di gereja tua itu
Sejumlah fungsionaris Sinode GPIB mendampingi Dubes Belanda antara lain Pdt P.K Rumambi, Pdt Marlene Joseph, Pdt Elly Pitoy De Bell bersama dengan Ketua PHMJ Zebaoth Pdt Omiek Kaharudin, Pdt O. Ch Wuwungan dan Ketua Panitia 100 tahun Zebaoth Pnt Daud Deno Darenoh turut menghantar sang Dubes Belanda hingga usainya acara yang dirangkai dengan makan siang di ruang GSG 2.
Tak menyia-nyiakan kesempatan bersama Lambert Grijns, Panitia Pelaksana Dr. Lenny Syafei merangkai acara dengan penandatanganan lembar kenangan yang dilakukan Lambert Grijns. Apresiasi yang diberikan Dubes negeri kincir angin ini luar biasa. Ia menuliskan kata kenangan bahwa ia senang bisa hadir di Zebaoth setelah 50 tahun lalu ia meninggalkan gereja ini. Zebaoth sangat berkesan dalam diri sang Dubes ini. Terlihat saat manikmati menu yang disajikan, ia banyak memilih menu-menu tradisional ala Bogor.
Gereja Zebaoth bagi Lambert Grijns adalah kenangan manis masa kecilnya. Gereja yang banyak membentuknya ditengah pergolakan Indonesia saat itu. Zebaoth secara fisik tak jauh beda dengan Zebaoth kini tapi yang pasti bagi Lambert Grijns Zebaoth adalah tempat yang baik baginya saat begereja disini.
Gereja Zebaoth yang juga disebut gereja ayam ini dibangun pada 1920 masa kepemimpinan Gubernur Hindia Belanda Mr. J. P Graaf Van Limburg Stirum.
Dulunya gereja ini hanya dipakai oleh warga asing dari Inggris, Prancis, Jerman dan lain-lain termasuk Belanda untuk beribadah. Untuk warga pribumi, ibadahnya di kantor Pos dan Giro yang letaknya tidak jauh dari Zebaoth.
Pada era kemerdekaan usai proklamasi 1945, pemerintah Belanda menyerahkan gedung ini ke pemerintah Republik Indonesia yang saat itu baru dipimpin, presiden Soekarno gereja ini tetap dipertahankan. Soekarno telah lebih dulu menyerahkan bangunan ini ke Sinode. Dalam perjalanannya, Zebaoth menjadi tempat ibadah jemaat berasal dari berbagai suku.
fsp