GPIB, Jakarta – Sesi akhir Pelatihan Jarak Jauh tuntas dilaksanakan Sabtu 27/6/2020. Acara Seri #4 yang dilaksanakan Unit Pembinaan dan Pemberdayaan Masyarakat (UP2M) Bidang Pelayanan dan Kesaksian GPIB ini mengusung tema Ekowisata berbasis budaya lokal dan Sumberdaya alam.
Narasumber dalam pelatihan dalam rangka Bulan Pelkes 2020 ini menampilkan Pnt. Maria J. Kumaat-Mantik, Pdt. Marlen Sohouka-Apuy, Nola Martha, Pnt. Samuel Tobing, Prof. Marlon Aipassa dan Dr. Ludy K. Kristianto.
Pnt. Maria J. Kumaat-Mantik & Pdt. Marlen Sohouka-Apuy dalam kesempatan itu mengatakan, Provinsi Kalimantan Timur kaya akan budaya adi luhung kerajaan Kutai Kartanegara, adat istiadat suku dayak dan keindahan alam hutan, sungai, danau, dan laut. Budaya Adi Luhung Suku Dayak yang menyatu dengan keindahan alam Kalimantan.
Ekowisata atau ekoturisme merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek SosBud-Ekonomi masyarakat lokal. Pada ekowisata aspek Sosial Budaya Lokal adalah pakaian adat, tari-tarian, dan Kerajinan lokal.
Untuk aspek koservasi alam, Sungai Mahakam adalah Pesut Mahakam, spesies endemik Sungai Mahakam, nyaris punah. Dan ada juga di Danau Jempang di tepi Sungai Mahakam species baru ikan Baung ditemukan di anak Sungai Mahakam.
Untuk menciptakan masyarakat & UMKM Kaltim yang berkualitas, narasumsber Nola Martha mengajak peserta Pelatihan Jarak Jauh untuk memulai usaha dari apa yang dimiliki. Langkah pertama adalah mengerti, menciptakan dan menerima standard kualitas yang diminta.
“Mulai dari apa yang saudara ketahui motif, warna, cerita, sejarah. Merubah sebuah idea menjadi tindakan, mengembangkan bisnis yang bertahan dan berkesinambungan, kreatif dan Inovatif,” tandasnya.
Pnt. Samuel Tobing yang memaparkan Dasar Manajemen Keuangan UKM mengatakan, prinsip dalam usaha adalah konsistensi terhadap kualitas, disiplin, mau belajar dari kesalahan, terbuka dengan ide-ide inovatif dan kreatif. Untuk pengembangan usaha lakukan kerjasama dengan pihak ketiga. “Jangan lupa membayar pinjaman dari bank karena rekam jejak tercatat di BI,” tuturnya.
Dalam hal pemanfaatan dana CSR guna mendukung UMKM bidang Peternakan Prof. MarLon I. Aipassa dan Dr. Ludy K. Kristianto, S.Pt, MP mengatakan, untuk melakukan usaha peternakan perlu melihat warna lokal yang ada seperti Sumber Daya Alam di Kaltim-Kaltara. Prospek usaha beternak babi di Kaltim cenderung meningkat. Untuk memulai ternak babi perlu menpersiapkan lokasi dengan melihat lingkungan lokal yang tidak mengganggu masyarakat sekitar.
Di Kaltim pemasara tidak ditemukan masalah. Biaya terbesar dari ternak babi adalah untuk membeli pakan sekira 70%. Perlu ada pakan alternatif untuk efesiensi biaya produksi. /fsp