GPIB, Jakarta – Suaranya terbata-bata ketika bercerita pengalaman
mendampingi istrinya, almarhum Pdt. Sintiche Dethan hingga akhir hayatnya. Saat bicara lewat telpon, pertengahan April lalu, banyak hal diceritakan hingga almarhum meninggal pada Minggu, 22 Maret 2020, di RSUD Embung Fatimah Batam.
Bapak Melky Pattinaja berkisah ketika istrinya kembali ke Batam dari tugas
di luar kota. “Tanggal 4 Maret bersama saudara, kami menjemput istri saya.
Setelah itu beliau masih melakukan tugasnya hingga memimpin jemaat pada hari Minggunya (8/3). Bersyukurnya ada 500 jemaat yang negatif meski bersalaman dengan almarhum,” katanya.
Ia menjelaskan sejak di tempat di GPIB Bahtera Hayat, Batam, dirinya sudah komit untuk mendukung pelayanan istrinya. “Saya bersyukur karena semua ini kehendak dan rencana Tuhan buat kehidupan keluarga saya bersama istri. Saya memang belum dikaruniakan anak sehingga fokus pada pelayanan. Memang saat istri saya sakit dan dirawat, saya terpukul karena itu adalah komitmen kita berdua, dia sebagai pendeta dan kita siap melayani. Memang istri saya pergi dengan tenang dalam kondisi ancaman penyakit Corona ini. Walaupun pada prosesnya saya sebagai suami,
nda tega dengan kondisi itu. Namun detik per detik, menit per menit saya percaya dan bersyukur ini adalah rencana Tuhan,” ujar pak Melky.
Ia juga bercerita saat masuk rumah sakit, sempat disampaikan oleh petugas
jika bapak masuk ke ruang bersama istri bapak tidak boleh keluar lagi. “Saya katakan saya siap. Memang itu tidak boleh ada yang masuk dan saya beranikan diri untuk masuk. Sampai masa isolasi itu saya berdoa saja bahwa dengan proses dengan perawatan hingga istri saya meninggal saya berada di sampingnya. Orang pikir, saya terlalu berani melakukan hal itu. Dokter saja Sudah melarang tapi saya tetap berada di samping istri saya. Saya 11 hari di ruang itu bersama istri. Saya rasa ini pengalaman saya yang tak terlupakan. Malam itu saya berdoa, Tuhan kalau ini kehendakmu, saya terima saja,” sambil menjelaskan pula ketika mendampingi istri,
ia tak mengenakan alat ADP sekalipun.
Sehari setelah istri meninggal, kata pak Melky, ia mendapat kabar dari
dokter bahwa diri saya negatif Covid-19. “Saya bersyukur dengan kabar itu, satu sisi dengan kondisi saya tapi juga dengan kondisi istri yang dipanggil Tuhan. Tapi saya merasakan betapa dahsyatnya Tuhan dengan apa yang terjadi pada istri dan saya sendiri. Bersyukurnya juga, bahkan saudara-saudara saya dan jemaat di Batam semua hasilnya negatif. Jadi dengan hal ini saya menyampaikan pada diri saya dan semua orang bahwa jangan kuatir dan takut karena Tuhan yang mengendalikan,” ujarnya.
Setelah beberapa hari istri dikuburkan, menurut pak Melky, ia tetap
menjalani karantina mandiri di rumah kerabatnya. “Dokter menganjurkan saya untuk tinggal bersama keluarga dulu dan jangan tinggal sendiri, sehingga dapat memulihkan kondisi dan penyesuaian secara pribadi. Dan saya memang belum kembali tinggal di pastori. Dan saya bersyukur jemaat GPIB Bahtera Hayat Batam sangat mendukung saya hingga saat ini. Pesan saya juga jangan kuatir dan berserah pada Tuhan dan selalu bersyukur meski dalam kondisi sulit,” katanya mengakhiri perbincangan.(lip)