GPIB Indonesia
  • Media GPIB
  • Tentang GPIB
    • TENTANG GPIB
    • Visi dan Misi
    • Pemahaman Iman
    • Majelis Sinode
    • Presbiterial Sinodal
    • PKUPPG
  • DIREKTORI
    • Departemen
    • Gereja
    • Pendeta
    • Yayasan
      • YAPENDIK
      • YAYASAN DIAKONIA
      • YAYASAN KESEHATAN
  • Berita & Artikel
    • SINODE
    • Kegiatan
      • M I S I O N E R
      • D I A K O N I A
    • Kegiatan PELKAT
      • PELKAT PA
      • PELKAT PT
      • PELKAT GP
      • PELKAT PKP
      • PELKAT PKB
      • PELKAT LANSIA
    • P E R S P E K T I F
      • I N S P I R A S I
      • Sosok
  • Sabda Digital
  • Arcus
  • Hubungi Kami

GPIB Indonesia

  • Media GPIB
  • Tentang GPIB
    • TENTANG GPIB
    • Visi dan Misi
    • Pemahaman Iman
    • Majelis Sinode
    • Presbiterial Sinodal
    • PKUPPG
  • DIREKTORI
    • Departemen
    • Gereja
    • Pendeta
    • Yayasan
      • YAPENDIK
      • YAYASAN DIAKONIA
      • YAYASAN KESEHATAN
  • Berita & Artikel
    • SINODE
    • Kegiatan
      • M I S I O N E R
      • D I A K O N I A
    • Kegiatan PELKAT
      • PELKAT PA
      • PELKAT PT
      • PELKAT GP
      • PELKAT PKP
      • PELKAT PKB
      • PELKAT LANSIA
    • P E R S P E K T I F
      • I N S P I R A S I
      • Sosok
  • Sabda Digital
  • Arcus
  • Hubungi Kami
SINODE

Mendampingi Istri Hingga Akhir

May 11, 2020
GPIB, Jakarta – Suaranya terbata-bata ketika bercerita pengalaman mendampingi istrinya, almarhum Pdt. Sintiche Dethan hingga akhir hayatnya. Saat bicara lewat telpon, pertengahan April lalu, banyak hal diceritakan hingga almarhum meninggal pada Minggu, 22 Maret 2020, di RSUD Embung Fatimah Batam. Bapak Melky Pattinaja berkisah ketika istrinya kembali ke Batam dari tugas di luar kota. “Tanggal 4 Maret bersama saudara, kami menjemput istri saya. Setelah itu beliau masih melakukan tugasnya hingga memimpin jemaat pada hari Minggunya (8/3). Bersyukurnya ada 500 jemaat yang negatif meski bersalaman dengan almarhum,” katanya. Ia menjelaskan sejak di tempat di GPIB Bahtera Hayat, Batam, dirinya sudah komit untuk mendukung pelayanan istrinya. “Saya bersyukur karena semua ini kehendak dan rencana Tuhan buat kehidupan keluarga saya bersama istri. Saya memang belum dikaruniakan anak sehingga fokus pada pelayanan. Memang saat istri saya sakit dan dirawat, saya terpukul karena itu adalah komitmen kita berdua, dia sebagai pendeta dan kita siap melayani. Memang istri saya pergi dengan tenang dalam kondisi ancaman penyakit Corona ini. Walaupun pada prosesnya saya sebagai suami, nda tega dengan kondisi itu. Namun detik per detik, menit per menit saya percaya dan bersyukur ini adalah rencana Tuhan,” ujar pak Melky. Ia juga bercerita saat masuk rumah sakit, sempat disampaikan oleh petugas jika bapak masuk ke ruang bersama istri bapak tidak boleh keluar lagi. “Saya katakan saya siap. Memang itu tidak boleh ada yang masuk dan saya beranikan diri untuk masuk. Sampai masa isolasi itu saya berdoa saja bahwa dengan proses dengan perawatan hingga istri saya meninggal saya berada di sampingnya. Orang pikir, saya terlalu berani melakukan hal itu. Dokter saja Sudah melarang tapi saya tetap berada di samping istri saya. Saya 11 hari di ruang itu bersama istri. Saya rasa ini pengalaman saya yang tak terlupakan. Malam itu saya berdoa, Tuhan kalau ini kehendakmu, saya terima saja,” sambil menjelaskan pula ketika mendampingi istri, ia tak mengenakan alat ADP sekalipun. Sehari setelah istri meninggal, kata pak Melky, ia mendapat kabar dari dokter bahwa diri saya negatif Covid-19. “Saya bersyukur dengan kabar itu, satu sisi dengan kondisi saya tapi juga dengan kondisi istri yang dipanggil Tuhan. Tapi saya merasakan betapa dahsyatnya Tuhan dengan apa yang terjadi pada istri dan saya sendiri. Bersyukurnya juga, bahkan saudara-saudara saya dan jemaat di Batam semua hasilnya negatif. Jadi dengan hal ini saya menyampaikan pada diri saya dan semua orang bahwa jangan kuatir dan takut karena Tuhan yang mengendalikan,” ujarnya.    Setelah beberapa hari istri dikuburkan, menurut pak Melky, ia tetap menjalani karantina mandiri di rumah kerabatnya. “Dokter menganjurkan saya untuk tinggal bersama keluarga dulu dan jangan tinggal sendiri, sehingga dapat memulihkan kondisi dan penyesuaian secara pribadi. Dan saya memang belum kembali tinggal di pastori. Dan saya bersyukur jemaat GPIB Bahtera Hayat Batam sangat mendukung saya hingga saat ini. Pesan saya juga jangan kuatir dan berserah pada Tuhan dan selalu bersyukur meski dalam kondisi sulit,” katanya mengakhiri perbincangan.(lip)

Mendampingi Istri Hingga Akhir was last modified: August 9th, 2024 by GPIB

Tinggalkan Komentar / Pesan Anda disini

0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Satgas Covid-19 GPIB Berikan Paket Sembako ke Penggali Kubur

SUKACITA HUT RI KE-71 KARYAWAN MS

Ayo, Beri Masukan PKLU untuk Beribadah Di Era New Normal

PGI Mengecam Keras Tindakan Barbar Kelompok MIT di Poso

Perjamuan Kudus Adalah Sebuah Perayaan

Undangan Test Pravikariat GPIB 2019

Undangan Seri Diskusi Daring Sesi – 3

4 Puskesmas di Jakarta Pusat Mendapat Bantuan APD

Makanan Sebelum Berbuka Dibagikan di Sekitar GPIB Samaria

Pesan Bulan Pelkes oleh Ketua I MS GPIB Tahun 2016

Kategori Artikel

  • INFO VIKARIS
  • Featured
    • Slide
  • Kegiatan
    • Misioner
    • DIAKONIA
  • SINODE
    • Pesan-Pesan
    • Agenda
  • Kegiatan PELKAT
    • PELKAT PA
    • PLEKAT LANSIA
    • PELKAT PT
    • PELKAT GP
    • PELKAT PKB
  • Perspektif
    • Arcus

Majalah Arcus

Hubungi Kami

Majelis Sinode GPIB
Jl. Merdeka Timur. No.10
Gambir, Kota Jakarta Pusat
Jakarta, Indonesia
P: (021) 384 2895
P: (021) 384 9917
F: (021) 385 9250
E: admin@gpib.or.id

Direktori

  • Yayasan
  • Pendeta
  • Departemen
  • Musyawarah Pelayanan
  • Facebook
  • Email

@2016 - Majelis Sinode GPIB.