GPIB, Jakarta – Pengelolaan asset dan Keuangan menjadi materi manarik yang dibahas dalam diskusi virtual “NGOBRASS” Ngobrol Bareng Pelkes Setiap Senin yang digagas Departemen Pelkes Senin 22/6. Acara yang diselenggarakan dalam rangka Bulan Pelkes GPIB ini menampilkan tiga narasumber Ketua IV Majelis Sinode GPIB Pnt Adrie Nelwan, Bendahara Umum Pnt Ronny Wayong dan Bendahara I Pnt Eddy Soei Ndoen.
Ketua IV Pnt Adrie Nelwan mengharapkan lahan-lahan atau tanah yang ada di jemaat memiliki legalitas. “Bahaya kalau masih ada sertifikat masih atas nama orang lain. Harus buat proses hibah ke GPIB dan kita proses,” kata Adrie.
Untuk membangun keekonomian warga, Penatua Adrie mengangkat soal potensi jemaat GPIB yang sangat besar. Potensi GPIB itu antara lain kehadiran GPIB yang ada di 26 provinsi. “Orang lain sibuk membentuk jaringan, kita GPIB sudah punya jaringan jadi harus dimanfaatkan,” tutur warga jemaat GPIB Shalom Jakarta ini.
Ia mencontohkan kisah sukses anak-anak muda yang berhasil dalam dunia usaha karena punya jaringan yang baik. “Jadi, jaringan yang da di GPIB perlu digarap,” imbuhnya dalam acara yang dipandu Sekretaris II Pnt Sheila A. Salomo.
Bendahara Umum Ronny Wayong mengatakan untuk memperbaiki keekonomian di jemaat, warga jemaat perlu kreatif memanfaatkan karunia yang Tuhan berikan untuk menghadirkan kesejahteraan yang mendatangkan berkat.
“Harus kreatif, karunia yang Tuhan berikan pakai untuk cari jalan keluar. Harus kuasai data memahami keuangan ini sangat penting,” kata Ronny.
Sudah saatnya berpikir kreatif sebagaimana yang dikembangkan UP2M melalui webinar Budi daya lele, Ikan hias, Tepung singkong, Anggur Rosela, Ekowisata, Fashion Kearifan lokal dll. Ini bagus sangat luar biasa, sekarang bagaimana untuk selanjutnya agar bisa menghasilkan dan menata usaha dengan pola business to business- B2B atau business to consumer-B2C termasuk memikirkan ketersediaan barang dan pemasarannya.
“Barang ada, perlu memikirkan pemasarannya,” tandas Ronny menyarankan untuk membuka online store. Buka Toko bisa saja di halaman gereja, di Probolinggo, bisa ada pemasukan sekira 90 juta dengan memanfaatkan tanah yang kosong di gereja. “Ini peluang yang kita punya, hanya saja belum diatur Tata Gereja.”
Dalam mengelolah keuangan gereja harus menggunakan Tata Gereja. Secara legal semua diselesaikan disana. “Dari PKA kita menjalankan program, overheadcost harus dijaga,” tandas Direktur Utama PT Bahtera Wiraniaga Internusa dan warga GPIB Jemaat Surya Kasih Jakarta ini.
Bendahara I Eddy Soei Ndoen meminta pendeta di jemaat lebih fokus pada pengembangan potensi keekonomian warga jemaat. Banyak warga jemaat yang mengalami kesulitan memenuhi keuangan. Pengeluaran lebih besar dari pemasukan, untuk itu butuh langkah konkrit.
“Pendeta harus berperan mengarahkan jemaat jangan hanya sekadar Firman Tuhan. Perlu mengajarkan warganya untuk buka usaha sampingan. Ajarkan warga untuk menabung,” tandas Penatua Eddy. Banyak keluarga mengeluarkan uang untuk gaya hidup tapi bukan untuk kebutuhan. Ajarkan warga jemaat untuk bisa memisahkan kebutuhan atau gengsi. “Pendeta disini harus bisa berperan mengarahkan,” tandas Eddy.
Ia melihat, banyak warga jemaat tidak memilki dana darurat. Jadi, katanya, pendeta harus mampu menyiapkan warganya termasuk menyiapkan dana untuk masa depan ketika sudah tidak produktif. Caranya, bangun jiwa kewirausahaan yang baik dengan tekun.
Para pendeta harus kreatif mencari sumber-sumber lain untuk bisa dikembangkan ke warga jemaat. Pendeta harus mampu membangun jaringan dengan Pemerintah Daerah dan lembaga-lembaga non profit lainnya. Solusi lainnya kata Eddy dengan membentuk modal dari kekuatan sendiri atau bekerja sama dengan pihak ketiga dan mengarahkan warga untuk melek teknologi.
Penanggap dalam forum diskusi daring ini, Christ Kanter menanalogkan GPIB ini sebagai sebuah perusahaan yag memiliki asset cukup besar untuk dkelola. “Kalau saya andaikan GPIB ini sebuah perusahaan, ini luar biasa, saya analogkan sebagai korporasi,” kata lelaki yang menjabat sebagai Dewan Penasihat KADIN ini.
Menurutnya, asset tidak bergerak GPIB itu luarbiasa. Jadi, katanya, asset harus dihitung betul dan dimanfaatkan secara baik. GPIB harus bisa merumuskan semuanya secara jelas. Kalau di dunia usaha semua jelas, target jelas, otoritas jelas. Kalau orang yang ditunjuk dalam menjalankan usaha dan berhasil ada bonus dll. Kalau tidak berhasil bisa dicopot atau diganti.
Secara branding GPIB ini luarbiasa. GPIB sangat jelas krdibilitasnya. Harus mendayagunakan membuat usaha bersama. Manfaatkan jaringan dan data.
“Pertanyaannya sejauh mana kita punya data untuk mengatahui siapa-siapa siapa yang punya ketrampilan tertentu untuk mengembangkan gereja besar ini,” kata Mantan Direktur Utama Indosat Tbk ini.
Menurutnya, lambannya GPIB mungkin karena sudah terlalu besar. “Karena besar biasanya jadi lambat. Saya belum pernah melihat apa-apa yang dilakukan gereja ini bisa cepat yang ada selalu lamban,” kata Christ Kanter membandingkan bagaimana korporasi Alibaba dan Jack Ma yang begitu cepat merespon masalah dalam menajalankan bisnisnya.
Kedepan, agar GPIB ini bisa semakin baik manfaatkan jaringan yang ada dengan memaksimalkan cabang-cabang yang ada dalam hal ini jemaat-jemaat yang tersebar di 26 provinsi. “Gereja harus cepat dan tepat menunjuk orang-orangnya. Harus dipahami kita ini kaya,” kata pria yang aktif di Badan Penasihat Majelis Sinode GPIB ini.
Apalagi, katanya, gereja ini sudah punya Badan Usaha Milik Gereja – BUMG. Ini potensi, jangan kehilangan momentum. “Saya berharap pendeta-pendeta yang ditempatkan di jemaat-jemaat mau mangelola.”
fsp