GPIB Indonesia
  • Media GPIB
  • Tentang GPIB
    • TENTANG GPIB
    • Visi dan Misi
    • Pemahaman Iman
    • Majelis Sinode
    • Presbiterial Sinodal
    • PKUPPG
  • DIREKTORI
    • Departemen
    • Gereja
    • Pendeta
    • Yayasan
      • YAPENDIK
      • YAYASAN DIAKONIA
      • YAYASAN KESEHATAN
  • Berita & Artikel
    • SINODE
    • Kegiatan
      • M I S I O N E R
      • D I A K O N I A
    • Kegiatan PELKAT
      • PELKAT PA
      • PELKAT PT
      • PELKAT GP
      • PELKAT PKP
      • PELKAT PKB
      • PELKAT LANSIA
    • P E R S P E K T I F
      • I N S P I R A S I
      • Sosok
  • Arcus
  • Radio
  • Sabda Digital
  • Hubungi Kami

GPIB Indonesia

  • Media GPIB
  • Tentang GPIB
    • TENTANG GPIB
    • Visi dan Misi
    • Pemahaman Iman
    • Majelis Sinode
    • Presbiterial Sinodal
    • PKUPPG
  • DIREKTORI
    • Departemen
    • Gereja
    • Pendeta
    • Yayasan
      • YAPENDIK
      • YAYASAN DIAKONIA
      • YAYASAN KESEHATAN
  • Berita & Artikel
    • SINODE
    • Kegiatan
      • M I S I O N E R
      • D I A K O N I A
    • Kegiatan PELKAT
      • PELKAT PA
      • PELKAT PT
      • PELKAT GP
      • PELKAT PKP
      • PELKAT PKB
      • PELKAT LANSIA
    • P E R S P E K T I F
      • I N S P I R A S I
      • Sosok
  • Arcus
  • Radio
  • Sabda Digital
  • Hubungi Kami
MisionerPesan-Pesan

UGAHARI. Ayo, Mulai Dari Pendetanya Dulu

July 16, 2021

JAKARTA, GPIB.or.id – Gereja kini digarami dunia ini. Pernyataan ini mengemuka dalam diskusi awak GPIB di youtube Komunitas Sendal Jepit. Ketua Umum Majelis Sinode Pdt Drs Paulus K. Rumambi M.Si membenarkan itu. Seharusnya gereja yang menggarami dunia.

“Tanpa disadari, gereja sudah berubah fungsi. Dia sudah tidak lagi menjadi persekutuan untuk melayani dan bersaksi, tetapi telah menjadi persekutuan dari kita untuk kita. Dia jadi semacam Club,” tuturnya.

Ia mencontohkan kondisi gereja saat ini sudah seperti sebuah realestate mewah yang dilengkapi berbagai sarana untuk penghuninya. “Kalau kita pergi disuatu perumahan mewah, real estate mewah, itu ada Club House, penghuninya menjadi member ada iuran perbulan atau pertahun. Lalu disitu disediakan fasilitas, fitness yang bisa dipakai, billyard, tenis, pingpong, berenang, tapi juga ada coffie shop dsb.”

Gereja seperti tidak sadar kalau arahnya sama seperti sebuah Club House di realestate mewah. “Gereja tidak menyadari arahnya kesitu,”  ujar Rumambi seraya menyebutkan hasil penelitian yang diadakan Dept. Inforkom dan Litbang GPIB tahun 2015-2016 soal Tridarma Persekutuan, Pelayanan dan Kesaksian. Persekutuan yang ada saat ini mengarah menjadi tempat bersenang-senang.

“Sudah bergeser fungsi gereja, sudah ikut-ikutan dan menjadi semacam Club House. Coba saja kalau kita merayakan hari ulang tahun gereja, ibadah syukurnya tampil 12 paduan suara dan vocal Group. Itu suatu pertunjukan, entertainment. Habis ibadah syukur kita mulai dengan poco-poco, maumere, tobelo, senang-senang,” tandasnya.

Ini semua, katanya, akibat perkembangan teknologi yang menjadikan munculnya kerakusan.  “Perkembangan teknologi yang ada membuat kita semua menjadi rakus, meterialistis. Kemajuan teknologi itu memproduksi barang-barang yang semakin canggih semakin menyamankan diri kita harga makin mahal. Ini semua membuat kita menjadi meterialistis dan individualistis.”

Mahatma Gandhi, kata Rumambi, bilang dunia ini menyediakan cukup bagi kebutuhan setiap orang. Namun dunia ini tidak cukup bagi keserakahan setiap orang. Jadi keugaharian itu mesti berbasis pada perform orang untuk mulai dari diri sendiri.

Pdt Agustina Laheba M.Th berujar, gereja itu akan selalu bergumul dengan kerakusan, itu karena tidak adanya pola dalam menerapkan pemahaman iman. “Kita harus punya patron, role model kita apa sebagai GPIB? Pemahaman iman itu,” katanya

“Ada yang salah dalam berteologi spiritualitas kita. Saya melihat kelemahan GPIB untuk mendaratkan pemahaman imannya. GPIB harus mendaratkan dulu pemahaman imannya terkait apapun, termasuk spiritualitas ugahari,” tutur KMJ GPIB Immanuel Palembang ini.

Ia meminta, spiritualitas ugahari itu bisa di breakdown dalam kurikulum katekisasi, dan dalam pembuatan program-program. Di lapangan, penguatan spiritualitas ugahari masih lemah sekali. Akhirnya, kata dia, orang GPIB mencari spiritualitas dengan gaya masing-masing. Pemahaman iman harus dihayati, minimal oleh pendeta-pendetanya dulu. Punya pemahaman iman tapi tidak teresapi. Spirtualitas iman itu, adalah iman yang dihidupi setiap hari.  /fsp

Foto ilustrasi, kreativitas Dewan PKP merangkai koran dalam acara HUT PKP ke-55 di Bandung

UGAHARI. Ayo, Mulai Dari Pendetanya Dulu was last modified: July 17th, 2021 by Redaksi Arcus

Tinggalkan Komentar / Pesan Anda disini

0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Yapendik Fajar Sion Ajak Milenial Berinvestasi Sejak Muda

Pdt Adri Syamsudin: Jauhi Pergaulan Bebas. Pdt Jeniffer: Harus Digumuli

PGI Prihatin Atas Pelemparan Batu Di Gereja Samarinda

Indeks Kerukunan Terukur, Pdt Manuel E. Raitung M.Si, MM: Dapat Dua Award Dari Kementerian Agama

“STORY OF US” YAPENDIK Charity Concert

Kerja Sama PGI – Awal Bros Terus Digoyang Hoax. Hotman Paris Turun Tangan

Presiden Jokowi dan Tokoh Agama Berdoa Bagi Bangsa

Pdt Johnny Lontoh M.Min, M.Th Terpilih Sebagai Ketua Umum BKAG Kota Medan

Tidak Ada Bukti Intoleransi Pembakaran Gereja GTM, PGI: Ayo Cerdas Bermedsos

Apa yang Mesti Dilakukan GPIB, Ini Usul Mereka, Simak?

Kategori Artikel

  • SINODE
    • Pesan-Pesan
    • Agenda
  • DIAKONIA
  • Perspektif
    • Arcus
    • Inspirasi
    • Sosok
  • Kegiatan PELKAT
    • PELKAT PKB
    • PELKAT GP
    • PELKAT PT
    • PLEKAT LANSIA
    • PELKAT PA
  • Kegiatan
    • DIAKONIA
    • Misioner
  • Featured
    • Slide

Majalah Arcus

Hubungi Kami

Majelis Sinode GPIB
Jl. Merdeka Timur. No.10
Gambir, Kota Jakarta Pusat
Jakarta, Indonesia
P: (021) 384 2895
P: (021) 384 9917
F: (021) 385 9250
E: admin@gpib.or.id

Direktori

  • Yayasan
  • Pendeta
  • Departemen
  • Musyawarah Pelayanan
  • Facebook
  • Email

@2016 - Majelis Sinode GPIB.