Hidup itu sebuah kesatuan, satu paket dengan yang lainnya, semua ada dalam kehendak Tuhan, semua adalah pelayanan.
JAKARTA, GPIB.or.id – Baginya melakukan pelayanan gerejawi adalah keharusan. Tiap detik hidup adalah pelayanan, apapun yang dilakukan adalah karena kehendak Tuhan. Kapan dan dimanapun seseorang ditempatkan Tuhan itu adalah pelayanan. Ia adalah Pnt. Victor Pangkerego, S.E, Board of Director (BOD) sebuah perusahaan di Jakarta dan juga Penatua GPIB Harapan Baru, Bekasi.
Pria yang pernah menjabat Bendahara 2 periode dan Ketua 4 selama 4 periode ini tahu persis untuk melakukan sesuatu agar bisa berarti bagi gereja dan pelayanan, kaitannya dengan ketersediaan dana. Tak heran kalau ia bisa menempati posisi Pengurus di Departemen PEG, Majelis Sinode GPIB.
Antara kerja kantoran dan pelayanan tidak boleh dipisahkan, semua adalah pelayanan, semua kehendak Tuhan. Kerja kantoran itu sering dianggap bukan pelayanan dan yang pelayanan itu adalah gerejani yang terkait langsung dengan program kerja. “Hidup adalah sebuah paket kehidupan yang dirancang Sang Khalik bagi umat-Nya. Jadi, katanya, hidup itu sebuah kesatuan, satu paket dengan yang lainnya, semua ada dalam kehendak Tuhan, semua adalah pelayanan,” tandas Victor yang punya hobi golf ini.
Menurutnya, gereja di masa pandemi butuh orang-orang kritis dan cerdas dalam pelayanan di GPIB yang tersebar di hampir seluruh Indonesia. GPIB itu sangat besar cakupan pelayanannya, hadir di 25 Mupel dan 26 provinsi.
Artinya, dalam pengelolaannya baik itu menyangkut administrasi maupun pengelolaan asset sangat dibutuhkan figur profesional yang mengerti betul persoalan yang dihadapi Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat ini. Mengapa? GPIB tidak hanya sekadar sebuah komunitas gerejawi tapi dia juga adalah sebuah organisasi yang menjalankan roda pelayanan yang butuh pembiayaan atau pendanaan yang tidak sedikt.
Asset-asset GPIB, kata Victor, cukup banyak tersebar dan harus dimaksimalkan agar bisa memberikan manfaat bagi GPIB itu sendiri. Belum lagi sumber daya insani yang ada semua ini potensi yang belum dimaksimalkan.
GPIB memiliki sekitar 600 orang pendeta organik yang merupakan karyawan belum lagi tenaga karyawan non pendeta yang jumlahnya jauh lebih banyak. Pelayanan harus berjalan, tidak boleh berhenti, karena itu semua elemen penunjang harus dikerahkan untuk medukung agar misi dan visi persekutuan, melayani dan bersaksi tetap berjalan.
Ketika berbicara dalam forum Komunitas Sendal Jepit #Seri16, Victor Pangkerego mengatakan, yang paling urgent untuk dimaksimalkan adalah Badan Usaha Milik Gereja (BUMG) yang sudah dibentuk. Badan usaha ini harus didukung secara penuh dan diberi mandat secara luas agar bisa menjalankan apa yang dipercayakan kepadanya. Dengan berjalannya BUMG nanti akan banyak memberikan subsidi kepada bidang-bidang yang membutuhkan.
“Saat ini yang harus kita perhatikan bagaimana kita menunjang sumber penerimaan dari BUMG yang diketuai ibu Miranda Goeltom supaya agar berjalan baik dan mendapatkan hasil yang bisa disubsidi sebagai PSO (Public Service Obligation, Red) kepada bidang-bidang yang memerlukan,” ujar lekaki yang beberapa kali sukses melasanakan golf tournament untuk penggalangan dana palayanan di Majelis Sinode ini. /fsp