PESAN NATAL 2017
Tema: Melayani dan bersaksi dengan mewujudkan kebebasan, keadilan, kebenaran dan kesejahteraan bagi sesama dan alam semesta (Lukas 4:19)
Salam sejahtera.
Saudara-saudara, umat Tuhan yang terkasih!
Kelahiran Yesus atau Natal berarti Allah tidak tinggal jauh di sana di “belakang langit biru”, tetapi Allah mengadakan intervensi masuk ke dalam dunia yang penuh kemelut. Keselamatan dan kebebasan tidak abstrak tetapi konkret. Ia berbaring di dalam palungan, bisa dilihat dengan mata telanjang, bisa didengar dengan telinga, bisa dipegang dengan tangan, bisa diindra dengan indra manusia. Itulah tantangan bagi kita semua sebagai warga gereja bukan saja ketika merayakan Natal, tetapi di dalam seluruh pelayanan ke depan untuk mengkonkretkan karya keselamatan dan nilai-nilai Natal di dalam kehidupan bergereja, bermasyarakat dan berbangsa.
Nilai-nilai Natal terlalu indah, terlalu mahal dan terlalu berharga, sehingga sangat disayangkan kalau direduksi dan didemonstrasikan hanya dalam seremoni dan berbagai pesta kemewahan yang bertentangan secara diametral dengan jiwa Natal. Semua kemewahan dan pestapora bertolak belakang dengan putra Maria dalam palungan. Demikian juga nilai-nilai indah itu terlalu mahal dan berharga untuk dinikmati sendiri oleh kita sebagai warga gereja. Semua yang indah dan berharga harus disharingkan, sehingga menyentuh dan menjangkau lebih banyak umat manusia yang haus dengan kebenaran dan damai sejahtera.
Nilai-nilai Injil yang indah terancam menjadi steril apabila tidak diimplementasi atau dikonkretkan. Ketika keselamatan, kebebasan, keadilan dan kebenaran yang didemonstrasikan Yesus dalam peristiwa Natal begitu konkret, janganlah kita terperangkap dalam wacana abstrak. Seorang hamba tidak boleh lebih dari tuannya. Kalau Tuhan kita telah berjalan di jalan itu, maka sebagai hamba mau tidak mau, tidak bisa tidak kita harus berjalan di jalan itu juga. Kami mengajak seluruh warga gereja agar memberi diri menjadi agen atau alat Kristus untuk memperjuangkan kebebasan, keadilan, kebenaran dan kesejahteraan semua makhluk, di manapun kita hadir dan berkarya.
Jalan yang ditempuh Yesus untuk menyelamatkan manusia yang menderita adalah jalan yang harus diikuti oleh kita umatnya. Keberpihakan Yesus kepada manusia yang menderita adalah keberpihakan yang tuntas. Yesus merendahkan diri sampai ke palungan, terus ke salib dan akhirnya lebih jauh lagi ke kubur Yusuf Arimatea. Solidaritas Yesus tanpa batas bagi yang menderita harus menjadi pedoman, ketika Yesus bukan saja memihak tetapi lebih dari itu mengidentikkan diri dengan yang lapar, yang haus, yang telanjang, yang sakit dan yang terpenjara. “Sebab ketika Aku lapar kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus kamu tidak memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang kamu tidak memberi Aku pakaian, ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku” (Matius 25:42-43).
Singkatnya di hari Natal ini kita berkomitmen bukan saja bertemu dengan Yesus di dalam palungan. Tetapi kita juga berkomitmen untuk bertemu Yesus lapar, Yesus haus, Yesus telanjang, Yesus asing terlantar tanpa tumpangan, Yesus sakit dan Yesus terpenjara yang ada di sekitar kita setiap hari, tetapi seringkali luput dari perhatian kita sebagai warga gereja, sengaja atau tidak sengaja.
Kita juga berkomitmen, memulihkan lingkungan atau alam semesta yang rusak. Sebagai warga gereja kita bertanggungjawab ketika alam semesta yang seharusnya menyandang misi turut memuliakan Allah (Mazmur 19), sekarang dilecehkan. Alam semesta tidak lagi memuliakan Allah tetapi sekarat dan habis terkuras. Suara alam semesta tidak lagi menceriterakan kemuliaan Allah dan memberitakan pekerjaan tangan-Nya, Tetapi berubah menjadi rintihan minta dikasihani dan jeritan menuju mati. Tanpa sadar manusia sedang menggali kuburnya sendiri dengan menghancurkan alam semesta.
Selamat Natal 2017 dan selamat menyongsong tahun baru 2018.
Salam Kasih,
MAJELIS SINODE GPIB
Ketua Umum : Pdt. Drs. Paulus Kariso Rumambi, M.Si
Ketua I : Pdt. Marthen Leiwakabessy, S.Th.
Ketua II : Pdt. Drs. Melkisedek Puimera, M.Si
Ketua III : Pdt. Ny. Maureen Suzanne Rumeser-Thomas, M.Th.
Ketua IV : Pen. Drs. Adrie Petrus Hendrik Nelwan
Ketua V : Pen. Mangara Saib Oloan Pangaribuan, SE.
Sekretaris Umum : Pdt. Jacoba Marlene Joseph, M.Th.
Sekretaris I : Pdt. Ny. Elly Dominggas Pitoy-de Bell, S.Th.
Sekretaris II : Pen. Ny. Sheila Aryani Lumempouw – Salomo, SH.
Bendahara : Pen. Ronny Hendrik Wayong, SE.
Bendahara I : Pen. Eddy Maulana Soei Ndoen, SE.