Jakarta Pusat, GPIB – Ketua I Majelis Sinode GPIB Pdt Marthen Laiwakabessy, S.Th mengatakan, pandemi yang terjadi di masyarakat yang belum usai kaitannya dengan masalah kesehatan dan ekonomi, Gereja harus berperan mengambil bagian bersama-sama pemerintah.
“Gereja tidak dapat menutup mata terhadap masalah kesehatan dan masalah ekonomi. Pelayanan dan kesaksian gereja harus semakin nyata sebagaimana GPIB berperan mengambil bagian bersama pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan untuk melaksanakan vaksin Covid-19 kepada lansia, tokoh agama dan pelayan-pelayan gereja lainnya,” kata Pdt Marthen Laiwakabessy dalam sambutannya menyambut Bulan Pelkes 2021 ini.
Menurutnya, kehadiran gereja bersama pemerintah memunculkan kepercayaan agar pelayanan Vaksin Covid-19 dapat diterima oleh seluruh warga negara Indonesia secara khusus warga GPIB. Gereja dalam hal ini para pelayan terus berupaya melakukan tanggung jawab bersama kepada mereka yang terpapar akibat pandemi Covid-19.
“Sedapat mungkin mereka terus didoakan, mereka terus didampingi dan diberi bantuan ekonomi. Bantuan dan pendampingan yang diberikan kepada warga jemaat maupun masyarakat kiranya menjadi motivasi semangat dan harapan bahwa Tuhan terus memelihara kita semua,” tandasnya.
Sekretaris I Pdt Elly Pitoy-De Bell, S.Th menyatakan rasa syukurnya, walau masih dalam suasana pandemi Covid-19 bulan pelkes bisa dilaksanakan. Bulan Juni merupakan Bulan Pelayanan dan Kesaksian bagi GPIB dan di tahun 2021 dilaksanakan dengan penyesuaian mengingat Covid-19 masih terus ada.
“Sakalipun masih berada dalam suasana pandemi Covid-19 dalam iman kita percaya bahwa berkat penyertaanNya dan pemeliharaanNya masih kita rasakan sampai saat ini. Kita tidak bisa hindari yang telah menimbulkan kecemasan, kakuatiran bahkan ketakutan bagi seluruh manusia termasuk warga GPIB,” kata Pdt Elly Pitoy-De Bell.
Menurutnya, prediksi virus ini akan berakhir pada bulan Oktober ternyata belum terbukti, malah terkesan makin mengganas karena Covid-19 belum dapat diperangi secara tuntas. Maka dicanangkan cara hidup baru yang disebut New Normal.
“Kita harus menerima kenyataan bahwa virus itu memang ada bersama kita, kita berlajar berdampingan sambil terus berusaha memberantasnya. Protokol kesehatan harus diterapkan oleh warga gereja khususnya GPIB,” tuturnya mengutip apa yang pernah disampaikan Presiden Jokowi.
Dampak pandemi Covid-19, kata Pdt Elly, dialami semua orang di dunia termasuk warga GPIB dan mereka yang berada di Pos-pos Pelayanan dan Kesaksian. Akibatnya, Jemaat-jemaat GPIB melakukan penyesuaian dengan menggunakan sarana pelayanan digital. Pemanfaatan teknologi digital berupa pelayanan secaa virtual dapat membantu.
Dari semua ini, katanya, tentunya tidak bisa menghindari adanya perdebatan soal pelayanan sakramen perjamuan dan baptisan apakah dapat dilakukan di rumah masing-masing. Karena itu, menurutnya, dibutuhkan pemikiran mengenai eklesiologi secara baru.
Ketua Departemen Pelkes GPIB, Pdt Katte Fonne Barahama-Pattipeilohy, S.Th melihat bahwa pandemi telah memberi pengalaman baru untuk bisa tetap kuat dalam pelayanan.
“Pandemi ini mengajarkan kepada kita bagaimana secara kreatif untuk tetap survive menemukan solusi pelayanan yang utama khususnya kepada mereka yang selama ini belum tersentu pelayanan. MIsalnya, saudara-saudara kita yang ada di Pos-pos Palayanan dan Kesaksian. Marilah kita membantu memasarkan hasil-hasil pertanian jemaat baik di gereja sendiri maupun di Mupel,” jelasnya.
Ex KMJ GPIB Pniel Jakarta Pusat ini mengatakan, kegiatan bulan Pelkes 2021 kali ini akan dilaksanakan dalam bentuk sharing diskusi, pembinaan maupun pelatihan. Hal ini dilaksnakan untuk membantu dan mencari solusi untuk pengembangan potensi warga jemaat khususnya bagi mereka yang berada di Pos-pos Pelayanan dan Kesaksian. /fsp