JAKARTA, GPIB.or.id – Entah sudah berapa jiwa berkalang tanah menghadap Tuhannya karena pandemi Covid-19 ini. Tatanan dunia diporakporanda dari sistem perekonomian hingga gaya hidup beragama semua teracak-acak. Dunia meradang terus mengasah diri mencari solusi menghadapi semua ini. Benarkah berebaknya pandemi Corona ini atas seizin Tuhan. Simak apa kata Kyai Haji Mustofa Bisri dan Pdt Agustina Laheba.
“Vatikan sepi, Jerusalem sepi, Tembok Ratapan dipagari, paskah tak pasti, Ka’bah ditutup, sholat Jumat di rumahkan, umroh batal, sholat taraweh ramadan mungkin juga sepi. Corona datang seolah-olah membawa pesan bahwa ritual itu rapuh, bahwa hura-hura atas nama Tuhan itu semu, bahwa simbol dan upacara itu banyak yang hanya menjadi topeng, dan jadi komoditi dagangan saja,” tutur pendiri Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin ini dalam videonya yang beredar di medsos.
Menurut Bisri, sesungguhnya kerajaan Tuhan ada dalam diri manusia, Qolbun Mu’min Baitullah, hati orang yang beriman adalah rumah Tuhan. Biarlah hanya Tuhan yang ada, biarlah hanya hati nurani yang bicara, biarlah para pedagang, makelar, politikus dan para penjual agama disadarkan oleh Tuhan melalui kejadian ini.
“Ketika Corona datang engkau dipaksa mencari Tuhan. Bukan di Basilika Santo Petrus, bukan di Ka’bah, bukan di dalam gereja, bukan di masjid, bukan di mimbar khotbah, bukan di Ma’jlis Ta’lim, bukan di Misa Minggu, bukan pula dalam sholat Jumat, melainkan pada kesendirianmu, pada mulutmu yang terkunci, pada hakekat yang senyap, pada keheninganmu yang bermakna,” imbuhnya.
Bagi Pdt Agustina Laheba, M.Th, narasumber di youtube Komunitas Sendal Jepit, peristiwa Covid-19 yang melanda dunia ini luar biasa mengajak semua orang seluruh dunia untuk belajar melepaskan kerakusan manusia. Melalui pandemi Covid-19 banyak pelajaran berharga yang bisa didapatkan termasuk bagaimana mau merasa cukup.
“Covid pandemi ini luar biasa mengajak semua orang seluruh dunia untuk belajar melepaskan greedy. Dengan Covid kita diajar membatasi diri. Spiritualitas ugahari itu spiritualitas yang bicara tentang bagaimana merasa cukup,” tutur KMJ Immanuel Palembang ini.
Menurut Agustina, Covid-19 ini mungkin dirasa sebagai kebijakan surga oleh Tuhan, karena manusia sudah tidak bisa mengatakan cukup dan membatasi diri, datanglah Covid-19 ini sehingga bumi menjadi lebih tenang.
“Alam semesta sekarang dipulihkan. Manusia disuruh duduk diam. Kamu sekarang diam, renungkan Saya (Tuhan,…red) lagi berpihak pada alam semesta. Saya merenungkan itu terjadi supaya manusia bisa duduk diam merenungkan, berefleksi, ingat bahwa kamu sudah terlalu rakus. Sekarang dalam dua tahun inilah alam yang lagi dielus-elus,” tandas Agustina menyebutkan bukti bahwa di Palembang dua tahun Covid-19 tidak ada pembakaran hutan dan Palembang aman dari asap. /fsp