Empati pelayanan yang dalam, dan semangat kebersaaan begitu terasa. Ini terlihat di dalam diri warga jemaat GPIB Petra, Tanjung Priok untuk membangun sebuah gedung gereja baru, menggantikan gedung lama yang berusia 55 tahun.
Kebersamaan seakan menjadi pecut bagi warga jemaat GPIB Petra, Priok. Cukup lama menanti dimulainya pembangunan. “Puji Tuhan akhirnya bisa dimulai. Jadi memang harus berani untuk memulai. Saya cukup tegas untuk hal-hal seperti ini untuk memulainya,” ujar KMJ Pendeta Meiske C. Kolanus M.Min, kepada arcus.
Tanggal 4 Februari 2016 adalah hari bersejarah bagi jemaat ini. Traktor meratakan gedung gereja lama di Jampea, Koja untuk memulai pembangunan. Disaksikan KMJ Pendeta Meiske C. Kolanus dan Ketua Panitia Ny. Amelia Lingkan Tumanggor – Sandehang dan sejumlah pengurus gereja lainnya traktor beraksi. Sangat terasa ada iba menyaksikan gedung sejuta kenangan dalam pelayanan bagi jemaat ini dari waktu ke waktu saat gedung dirobohkan oleh tangan besi traktor.
“Total biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan gedung ini Rp 18 miliar. Ini pekerjaan Tuhan, Dia yang akan mencukupkan,”kata Pendeta Meiske bersemangat didampingi koleganya, Panitia Ny. Amelia Lingkan Tumanggor – Sandehang.
Dari masa ke masa
Cikal bakal GPIB Jemaat Petra, Priok Jakarta dari 60 kepala keluarga (KK) di tahun 1950-an. Data yang ada menyebutkan di tahun 1953-1955 jemaat ini dengan segala keprihatinan dilayani 4 penatua dan 4 diaken. Saat itu belum terbagi ke dalam ranting-ranting pelayanan.
Di Tahun 1959-1963 julah warga menjadi 200 KK dan dilayani 14 presbiter, terdiri dari 5 ranting pelayanan. Dan ditahun 1963-1970 menjadi 800 KK dan dilayani 32 penatua dan diaken, terbagi dalam 8 ranting pelayanan yang kemudian disebut sektor pelayanan.
Tahun 1970-1974 jumlah KK yang telah menacapai 1000 KK melembagakan Bajemnya, Sektor 1 – 3 sebagai GPIB Jemaat Eirene, jumlah warganya sekitar 300 KK dilayani 16 penatua dan 15 diaken.
Tahun 1974-1982 mencapai 1000 KK. Tahun 1982-1992 terdapat 1200 KK dengan 13 sektor pelayanan, mengupayakan pelembagaan jemaatnya, yaitu sektor 12 dan 13, realisasi Februari 1998, jumlah KK 300 ke jemaat Getsemani. Warga jemaat terdiri dari Pelaut, Karyawan kantor pelabuhan, Ekspedisi, Kepabeanan, Polisi, Tentara dan Supir trailer.
Tak mulus pelayanan di jemaat ini, ada dinamika dan tantangan. Terjadi masalah penggunaan gedung Gereja jalan Donggala antara Kemah Injil dan Petra. Pendeta Ayal dan Pendeta Gabriel dari Kemah Injil menyelesaikan masalah antara Gereja Donggala dengan Gereja Kemah Injil. Keputusan Hakim: Kedua belah pihak tetap memakai Gedung Gereja di jalan Donggala No 15 Tanjung Priok, dengan jam ibadah diatur untuk GPIB jam 09.00 sedangkan Kemah Injil pukul 18.00.
Awal tahun 1955 Pendeta Ayal meninggal dunia. Pelayanan Firman diatur oleh MS GPIB. Mejelis Sinod mengirim Pendeta untuk melayani ibadah minggu, termasuk pelayanan sakramen dan ibadah-ibadah perayaan, yakni Pendeta Edward Ferdinand Tokoh, Pendeta dari GMIT, bahkan yang bersamgkutan merupakan Sekretaris Umum MS GMIT yang kemudian bersedia diberdayakan oleh GPIB. Tanggal 1 Jan 1956 Pendeta E.F. Tokoh ditetapkan sebagai Pendeta GMIT yang diberdayakan di GPIB menerima gaji dan tunjangan dari MS GPIB ditempatkan di GPIB Tanjung Priok Jakarta.
Waktu bergulir, jemaat ini mencari lokasi untuk gedung gereja. Dalam survei yang dilakukan Panitia, pilihan jatuh pada lokasi yang strategis yaitu areal tapal kuda berdampingan dengan Rumahsakit Koja, Jalan Jampea No 44. Namun ternyata lokasi ini sudah terdaftar atas nama dr. Ruzin, Kepala RS Koja.
Panitia langsung menghubungi direksi pelabuhan dan meminta lokasi strategis. Hasilnya surat ijin keluar atas nama GPIB yang membuktikan bahwa lokasi itu telah terdaftar atas nama GPIB, dan untuk dr. Ruzin dialihkan ke lokasi lain di Jalan Gadang, tukar guling. Di Jeaat ini nama Pendeta J. Hukom tercatat menjadi KMJ setelah masa vikariat selesai. Dan pada tahun 1975 MS GPIB menempatkan Pendeta EL Tobing sebagai KMJ Petra menggantikan Pendeta J. Hukom yang dimutasi ke GPIB Zebaoth, Bogor.
Jemaat ini terus bertumbuh. Menata organisasi dan administrasi GPIB Jemaat Petra trus dilakukan. Disebut-sebut Kepemimpinan yang tegas tetapi kurang luwes, menyebabkan 12 KK pindah ke gereja Kebangkitan yang saat itu dipimpin oleh Pendeta M. Raga. Sejak ditinggalkan oleh Pendeta EL Tobing, Petra dipimpin oleh Ketua I Majelis Jemaat sampai MS menempatkan Pendeta J.W. Manurung dan Pendeta Ny. Salamate Joseph sebagai Pendeta konsulen selama 6 bulan. Pendeta J.W, Manurung bertugas sebagai KMJ hanya 6 bulan dan sesudahnya menjadi jemaat ini mengalami kekosongan. Selama kekosongan Petra dipimpin Pnt. E. M. Faref.
Dinamika kepemimpina di jemaat ini terus beregulir. Pada tahun 1979 Pendeta J. Helweldery melayani disini sampai dengan tahun 1989 diisusul oleh Pendeta M.I. Pingak sampai dengan Agustus 1990. Selepas Pendeta M.I. Pingak terjadi transisi kekosongan. Jemaat ini lalu dipimpin oleh Ketua I PHMJ, Penatua H. Th. Sihombing selama delapan bulan. Setelah itu Mei 1991 sampai dengan 1996 Pendeta R.A. Waney ditempatkan melayani jemaat ini.
GPIB Jemaat Petra sempat begitu dikenal namanya karena tragedi 1 Maret 1992 dimana sepuluh anak peserta katekesasi tahun 1991-1992 hanyut terbawa arus dan meninggal pada saat pelaksanaan retreat katekesasi di Cisarua, Bogor.
Hal ini membawa goncangan hebat bagi Ketua Majelis Jemaat pada saat itu, dan seluruh warga jemaat. KMJ beserta unsur PHMJ harus menghadapi tidak saja orang tua para korban tetapi juga para wartawan yang melakukan peliputan peristiwa ini. Paska Pendeta Waney jemaat ini menerima kedatangan Pendeta JBWP Kokali yang bertugas selama 1996-2001.
Perjuangan jemaat tak sia-sia, tanggal 6 Agustus 2000 gedung gereja GPIB Petra, Priok Cabang Bethesda selesai direnovasi dan diresmikan Ketua Umum Majelis SinodePendeta O.E.Ch. Wuwungan, D.Th. dan SekumPendeta JBWP Kokali. Dan pada tahun 2001- 2004 Meelis Sinode menghadirkan Pendeta Sentosa Mandik menata jemaat ini. Menata seluruh perangkat pelayanan dan melakukan pembinaan warga jemaat.
Nama Pendeta A.H Lowing juga menempati urutan pendeta-pendeta yang pernah melayani di jemaat ini pada tahun 2004 -2009 disusul Pendeta Lapudooh pada tahun 2009-2011, Pendeta J.J Lumanauw pada tahun 2011-2015. Pada masa ini rencana renovasi Gedung Gereja Petra berganti menjadi pembongkaran dan pembangunan kembali Gedung Gereja Petra bersamaan dengan terbitnya IMB 22 Mei 2015.
Kini bahtera GPIB Petra, Priok di tangan Pendeta Meiske C. Kolanus . Sejak 2015 perempuan yang pernah menjabat Ketua BP Mupel Jakarta Barat Periode 2007-2012 ini ditempatkan Mejelis Sinode untuk menata pelayanan di jemaat ini.